Destinasi 1 -- Bunker Kali Adem
Waktu kunjungan: 09.10
Kabut masih bergelayut di lereng Merapi ketika kami tiba di Bunker Kali Adem pagi itu. Udara dingin dan lembap segera menyambut, berpadu dengan aroma khas tanah vulkanik. Dari kejauhan, puncak Merapi tampak gagah, sesekali tertutup awan abu, seolah menyimpan rahasia besar di balik keheningannya.
Â
Bunker ini dibangun sebagai tempat perlindungan bagi relawan dan pengamat Gunung Merapi dari ancaman awan panas dan lahar. Namun sejarah mencatat peristiwa kelam pada letusan Merapi tahun 2006.
Dua relawan pengamat, Sarjono dan Kenteng, terjebak di dalam bunker saat awan panas datang lebih cepat dari perkiraan. Pintu bunker yang berat tak lagi mampu menahan suhu ekstrem yang mencapai lebih dari 600 derajat Celsius. Keduanya gugur di tempat mereka berjuang, meninggalkan kisah tentang keberanian dan pengabdian di bawah kaki gunung yang tak pernah tidur.
Â
Kini bunker itu menjadi saksi bisu, bukan lagi tempat perlindungan, melainkan monumen sederhana tentang pengorbanan manusia terhadap kekuatan alam. Saat kami menuruni tangga menuju dalam bunker, suasana sunyi menyergap. Dinding tebalnya terasa lembap dan berkarat, sementara suara tetesan air bergema pelan di sudut ruang.
Sesekali kami hanya saling pandang --- tidak banyak kata, karena tempat ini lebih pantas disikapi dengan diam dan rasa hormat.
Â
Keluar dari bunker, pemandangan ke arah puncak Merapi terbentang menakjubkan. Di bawah sinar matahari pagi, jalur bekas aliran lava kini menjadi lintasan jeep wisata. Kami sempat berfoto bersama, mengabadikan momen di tengah lanskap yang pernah luluh lantak namun kini kembali hidup.
 Bagi siapa pun yang berkunjung, datanglah pagi hari sebelum kabut turun, gunakan alas kaki yang kuat, dan luangkan waktu sejenak untuk menunduk diam --- mengenang mereka yang mengabdi tanpa pamrih di bawah bayang Merapi.