Mohon tunggu...
Misbahuddin Moerad
Misbahuddin Moerad Mohon Tunggu... Dosen

Pendaki Gunung

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bunker Kali Adem: Saksi Bisu Pengabdian di Lereng Merapi

8 Oktober 2025   08:04 Diperbarui: 8 Oktober 2025   08:04 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Berfose di atas Bunker./Koleksi: Misbah Moerad."

Destinasi 1 -- Bunker Kali Adem

Waktu kunjungan: 09.10

Kabut masih bergelayut di lereng Merapi ketika kami tiba di Bunker Kali Adem pagi itu. Udara dingin dan lembap segera menyambut, berpadu dengan aroma khas tanah vulkanik. Dari kejauhan, puncak Merapi tampak gagah, sesekali tertutup awan abu, seolah menyimpan rahasia besar di balik keheningannya.

 

Bunker ini dibangun sebagai tempat perlindungan bagi relawan dan pengamat Gunung Merapi dari ancaman awan panas dan lahar. Namun sejarah mencatat peristiwa kelam pada letusan Merapi tahun 2006.
Dua relawan pengamat, Sarjono dan Kenteng, terjebak di dalam bunker saat awan panas datang lebih cepat dari perkiraan. Pintu bunker yang berat tak lagi mampu menahan suhu ekstrem yang mencapai lebih dari 600 derajat Celsius. Keduanya gugur di tempat mereka berjuang, meninggalkan kisah tentang keberanian dan pengabdian di bawah kaki gunung yang tak pernah tidur.

 

"Suasana didalam bunker gelap dan pengap di sana terdapat gundukan lava yang sudah mengeras./Koleksi: Misbah Murad."

Kini bunker itu menjadi saksi bisu, bukan lagi tempat perlindungan, melainkan monumen sederhana tentang pengorbanan manusia terhadap kekuatan alam. Saat kami menuruni tangga menuju dalam bunker, suasana sunyi menyergap. Dinding tebalnya terasa lembap dan berkarat, sementara suara tetesan air bergema pelan di sudut ruang.
Sesekali kami hanya saling pandang --- tidak banyak kata, karena tempat ini lebih pantas disikapi dengan diam dan rasa hormat.

 

"Mengabadikan Dahsyatnya MERAPI./Koleksi: Misbah Moerad."

Keluar dari bunker, pemandangan ke arah puncak Merapi terbentang menakjubkan. Di bawah sinar matahari pagi, jalur bekas aliran lava kini menjadi lintasan jeep wisata. Kami sempat berfoto bersama, mengabadikan momen di tengah lanskap yang pernah luluh lantak namun kini kembali hidup.

 Bagi siapa pun yang berkunjung, datanglah pagi hari sebelum kabut turun, gunakan alas kaki yang kuat, dan luangkan waktu sejenak untuk menunduk diam --- mengenang mereka yang mengabdi tanpa pamrih di bawah bayang Merapi.

"Siap Menuju Destinasi Kedua./Koleksi: Misbah Moerad."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun