Frugal living bukan berarti menghindari kesenangan. Menikmati kopi di kafe atau sesekali makan di restoran mahal sah-sah saja, asalkan disadari konsekuensinya.Â
Jika kita mengalokasikan uang lebih banyak untuk gaya hidup, berarti ada tujuan keuangan lain yang harus ditunda. Dengan kesadaran ini, seseorang bisa tetap bahagia tanpa kehilangan kendali finansial.
Frugal Living dan Kebebasan Finansial
Banyak orang mengaitkan frugal living dengan tujuan akhir berupa financial freedom. Namun, kebebasan finansial sering kali menimbulkan perdebatan.Â
Apakah mungkin mencapainya jika tidak memiliki pekerjaan tetap? Bagaimana dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil?
Frugal living sebenarnya bukan semata jalan menuju pensiun dini atau kaya raya.Â
Prinsip utamanya adalah menghindari pola hidup "cash in -- cash out" yang membuat seseorang tidak punya sisa tabungan setiap bulan.Â
Dengan membiasakan menabung dan berinvestasi, siapa pun bisa memiliki fondasi keuangan yang lebih sehat, terlepas dari kapan dan bagaimana mereka akan pensiun.
Ada pula gerakan FIRE (Financial Independence, Retire Early) yang populer di luar negeri. Konsepnya adalah hidup hemat sedemikian rupa sehingga bisa menabung dan berinvestasi dalam jumlah besar, lalu hidup dari hasil investasi tersebut.Â
Namun, tidak semua orang perlu mengejar pensiun dini. Yang lebih penting adalah membangun kebiasaan sehat dalam mengatur uang, karena setiap orang pasti memiliki "expiry date" di dunia kerja.
Antara Cermat dan Pelit: Hanya Label dari Luar
Satu hal yang sering membuat orang ragu menjalani frugal living adalah stigma dari lingkungan.Â
Tak jarang seseorang disebut pelit hanya karena menolak ikut nongkrong atau jarang membeli barang baru. Namun, Saya menekankan bahwa label dari luar tidak penting.