Sebaliknya, ia menuntut kita lebih selektif dan strategis: mana yang layak dikeluarkan, mana yang bisa ditekan, dan mana yang sebaiknya diinvestasikan.
Frugal Living sebagai Strategi Finansial
Kalau dipahami dengan benar, frugal living sebenarnya bukan sekadar gaya hidup, melainkan strategi finansial jangka panjang.Â
Ia membantu kita menyusun prioritas, membedakan keinginan dan kebutuhan, serta mengalokasikan sumber daya dengan lebih bijak.
Misalnya, seseorang yang menerapkan frugal living mungkin memilih tinggal di kontrakan sederhana agar bisa menyisihkan uang lebih banyak untuk tabungan atau investasi.Â
Atau ia rela menunda membeli ponsel terbaru karena uang tersebut bisa digunakan untuk mengambil kursus pengembangan diri yang memberi manfaat jangka panjang.
Kuncinya ada pada keputusan yang rasional. Frugal living bukan berarti meminimalisasi semua pengeluaran, melainkan mengoptimalkan uang yang kita miliki agar menghasilkan nilai terbaik.
Tantangan Menjalani Frugal Living di Kota Besar
Namun, menerapkan frugal living di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya tentu tidak mudah.Â
Godaan datang dari berbagai arah: nongkrong di kafe, belanja online, atau sekadar mengikuti gaya hidup teman sebaya. Biaya transportasi, makan, hingga hiburan sering kali membuat anggaran jebol tanpa terasa.
Saya menilai, masalah terbesar anak muda saat ini adalah tidak memiliki "sense of goal" terhadap uang yang mereka miliki.Â
Banyak yang sekadar menikmati gaji bulanan tanpa memikirkan arah penggunaan jangka panjang.Â
Akibatnya, pengeluaran banyak mengalir ke hal-hal yang sebenarnya tidak memberikan dampak signifikan pada kualitas hidup.