Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tak Lagi Mengejar Jabatan, Gen Z Pilih Career Minimalism demi Hidup Seimbang

28 September 2025   12:38 Diperbarui: 28 September 2025   12:38 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi career minimalism (sumber:freepik/freepik)

Mereka juga menghargai budaya kerja yang terbuka, fleksibel, dan suportif. Pola kepemimpinan otoriter atau kaku bagi mereka adalah sesuatu yang ketinggalan zaman. 

Gen Z ingin bekerja dengan nilai yang sejalan dengan hidup mereka, bukan semata-mata demi promosi.

Pentingnya Side Hustle bagi Gen Z

Di era career minimalism, side hustle menjadi bagian penting dalam hidup anak muda. 

Gen Z dikenal sebagai generasi "Employee+", yang berarti mereka bukan hanya karyawan, tetapi juga pelaku usaha kecil, kreator konten, freelancer, atau pengembang proyek sampingan.

Data Harris Poll menunjukkan 57% Gen Z memiliki side hustle---angka yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. 

Pekerjaan sampingan ini bukan hanya untuk menambah penghasilan, tetapi juga menjaga passion, mengasah skill, dan sebagai sarana ekspresi diri. 

Dari berjualan online, menjadi influencer, hingga freelancing kreatif, side hustle menjadi cara Gen Z mendefinisikan kesuksesan versi mereka sendiri.

Fenomena ini juga menunjukkan bahwa pekerjaan utama tidak lagi memonopoli identitas seseorang. 

Karier profesional hanya satu sisi dari kehidupan, sementara sisi lain diisi dengan aktivitas produktif yang memberi kepuasan emosional. Inilah salah satu alasan mengapa career minimalism semakin populer.

Dampak Career Minimalism bagi Perusahaan

Tren career minimalism memiliki implikasi besar bagi perusahaan. Jika banyak talenta muda tidak lagi mengejar posisi manajerial, muncul risiko perusahaan akan kesulitan mencari calon pemimpin masa depan. 

Calibre Careers, misalnya, menyebutkan potensi terjadinya kekurangan pemimpin di masa depan karena generasi muda tidak tertarik mengejar jabatan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun