Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

UMR: Patokan Bertahan Hidup, Bukan Standar Hidup Layak

6 Mei 2025   06:00 Diperbarui: 3 Mei 2025   09:28 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Solusi yang dibutuhkan bersifat sistemik. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan pengendalian harga kebutuhan pokok, memperbaiki sistem transportasi umum agar lebih terjangkau, dan memperluas akses perumahan layak huni. 

Selain itu, penting juga untuk memperkuat perlindungan bagi pekerja kontrak dan outsourcing agar mereka memiliki hak dan jaminan yang setara dengan pekerja tetap.

Di sisi lain, pengusaha perlu menyadari bahwa investasi terbaik dalam perusahaan bukan hanya pada mesin atau teknologi, tetapi pada manusia yang bekerja di dalamnya. 

Memberikan upah yang layak, peluang pengembangan diri, dan rasa aman dalam pekerjaan akan menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif dan loyal.

Haruskah Kita Terus Bertahan?

Pertanyaan besar yang harus diajukan adalah: apakah kita hanya ingin bertahan, atau kita ingin hidup dengan layak? 

Jika jawabannya adalah yang kedua, maka UMR yang ada saat ini tidak bisa lagi dijadikan standar. 

Kita butuh lebih dari sekadar upah minimum. Kita butuh sistem yang memberi ruang bagi pekerja untuk berkembang, bermimpi, dan memiliki masa depan.

Karena hidup bukan hanya soal makan dan bayar kos. Hidup yang layak adalah ketika seseorang bisa berpikir tentang liburan, pendidikan, rumah, dan masa pensiun tanpa merasa bersalah atau takut kekurangan uang bulan depan. 

Untuk itu, perubahan harus dimulai dari cara kita memahami UMR bukan sebagai pencapaian, tapi sebagai peringatan bahwa masih banyak yang harus diperjuangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun