Justru, dengan waktu yang lebih tenang dan ritme yang lebih teratur, kita bisa lebih fokus mengejar hal-hal penting dalam hidup---termasuk tujuan finansial.
Slow living juga bukan berarti anti kerja keras. Kamu tetap bisa mengejar karier, punya bisnis, atau investasi aktif, tapi dengan pendekatan yang lebih seimbang.Â
Enggak semua harus dikejar sekaligus. Ada waktu buat refleksi, ada ruang buat bernapas. Dan ini penting banget di era burnout dan hustle culture yang merajalela.
Penutup: Pelan-Pelan, Asal Selamat (dan Hemat)
Gaya hidup slow living bukan hanya tentang menekan tombol pause dalam hidup yang sibuk.Â
Tapi juga soal menata ulang prioritas. Kita jadi lebih sadar waktu, sadar tujuan, dan yang terpenting: sadar pengeluaran. Dalam prosesnya, kita bukan cuma menyelamatkan pikiran, tapi juga menyelamatkan keuangan kita.
Jadi, kalau selama ini kamu merasa gaji cepat habis, tabungan susah tumbuh, dan terus-menerus tergoda buat ikut tren, mungkin ini saatnya coba slow living. Pelan-pelan, tapi pasti.Â
Bukan berarti kamu harus tinggal di desa dan berkebun tiap hari, tapi cukup dengan melambatkan keputusan-keputusan finansial dan lebih mindful dalam konsumsi.
Kalau kamu udah pernah coba gaya hidup ini, gimana rasanya? Atau menurut kamu, masih ada manfaat dan tantangan lain dari slow living yang belum dibahas di sini?Â
Boleh banget share di kolom komentar. Karena seperti hidup itu sendiri, slow living adalah perjalanan dan setiap orang punya versinya masing-masing.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI