Kompasianer ...
Memasuki halaman depan Benteng yang konon katanya terbesar kedua yang dibangun oleh Ingris ini, kami tidak langsung masuk. Mata kami tertuju pada pedanga yang menghampar tikar tepat di bawah pohon besar yang ada sebelum memasuki Benteng ini.
Ada udang kipas yang di goring dengan tepung, ada udang biasa yang di goring dan banyak lagi cemilan menggugah selera. Walau kami baru sekitar dua jam yang lalu mengisi perut dengan menu kakap merah, udang dan cumi, melihat hidangan ini kami jadi tergiur lagi, dari pada penasaran kami menikmatinya, memang aduhai rasanya.
Cuaca cukup cerah dari pagi sampai saat kami memasuki Benteng ini, walau BMKG dan Amerika Serikat memprediksi hujan cukup besar akan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia pada tanggal 11 dan 12 Januari 2020 ini.
Kompasianer ...
Makam pertama makam Residen Thomas Parr di bunuh oleh rakyat Bengkulu pada tanggal 23 Desember 1807, yang kedua adalah makam Charles Murray, merupakan pegawai dari Thomas Parr yang berusaha melindunginya, namun dia terluka dan meninggal, sedangkan makam yang ke tiga tidak dikenali.
Dari penjelasan salah satu petugas disini Benteng ini dibuat tahun 1714 sampai dengan 1719 oleh Kerajaan Inggris, pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Joseph Collet, berdiri tepat ditepian Samudera Hindia di atas bukit dengan ketinggian 8,5 meter diatas permukaan laut.
Kami menyusuri Benteng ini mulai dari sebelah kanan, dimana terdapat ruangan bekas penjara bagi tahanan, satu-satu kami memasuki ruangan tersebut, yang sekarang ada beberapa ruangan sebagai ruang pamer.
Kalau dilihat menggunakan drone sepertinya sangat cantik Benteng ini, sayangnya kami tidak membawa drone hanya membawa camera LSR dan handphone saja.
Di taman bagian tengah terdapat susunan Meriam yang tertata dengan rapi, kami menaiki bagunan di atas dimana terdapat satubuah Meriam yang moncongnya menuju ke laut.Â