Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Benteng Fort Marlborough Saksi Bisu Kekuasaan Inggris di Bengkulu

16 Januari 2020   06:31 Diperbarui: 16 Januari 2020   06:29 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer ...

Memasuki halaman depan Benteng yang konon katanya terbesar kedua yang dibangun oleh Ingris ini, kami tidak langsung masuk. Mata kami tertuju pada pedanga yang menghampar tikar tepat di bawah pohon besar yang ada sebelum memasuki Benteng ini.

Ada udang kipas yang di goring dengan tepung, ada udang biasa yang di goring dan banyak lagi cemilan menggugah selera. Walau kami baru sekitar dua jam yang lalu mengisi perut dengan menu kakap merah, udang dan cumi, melihat hidangan ini kami jadi tergiur lagi, dari pada penasaran kami menikmatinya, memang aduhai rasanya.

Cuaca cukup cerah dari pagi sampai saat kami memasuki Benteng ini, walau BMKG dan Amerika Serikat memprediksi hujan cukup besar akan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia pada tanggal 11 dan 12 Januari 2020 ini.

Kompasianer ...

dokpri
dokpri
Karcis masuk ke Benteng ini Rp. 20.000,- per orang, begitu masuk terdapat dua pilar di sebalh kiri dan kanannya. Kami langsung masuk saja dan langsung menuju kea rah kiri, terdapat tiga buah makam disitu, dan ada keterangan disampingnya makam siapa saja. 

Makam pertama makam Residen Thomas Parr di bunuh oleh rakyat Bengkulu pada tanggal 23 Desember 1807, yang kedua adalah makam Charles Murray, merupakan pegawai dari Thomas Parr yang berusaha melindunginya, namun dia terluka dan meninggal, sedangkan makam yang ke tiga tidak dikenali.

Dari penjelasan salah satu petugas disini Benteng ini dibuat tahun 1714 sampai dengan 1719 oleh Kerajaan Inggris, pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Joseph Collet, berdiri tepat ditepian Samudera Hindia di atas bukit dengan ketinggian 8,5 meter diatas permukaan laut.

Kami menyusuri Benteng ini mulai dari sebelah kanan, dimana terdapat ruangan bekas penjara bagi tahanan, satu-satu kami memasuki ruangan tersebut, yang sekarang ada beberapa ruangan sebagai ruang pamer.

Kalau dilihat menggunakan drone sepertinya sangat cantik Benteng ini, sayangnya kami tidak membawa drone hanya membawa camera LSR dan handphone saja.

Di taman bagian tengah terdapat susunan Meriam yang tertata dengan rapi, kami menaiki bagunan di atas dimana terdapat satubuah Meriam yang moncongnya menuju ke laut. 

Memang tujuan dibuatnya Benteng ini adalah sebagai basis pertahanan militer Inggris. Benteng ini juga dijadikan tempat koordinasi suplai rempah-rempah bagi pedagang Inggris.

Menurut Driver yang mengantar kami, katanya disini ada beberapa terowongan yang bisa menembus ke kota dan kepantai, namun terowongan itu tertutup dahulu katanya pernah ada yang mencoba masuk tetapi terdapat ular yang sangat besar, sehingga pengelola tidak berani mengambil resiko, entah ada kebenaranya ini atau tidak, namun kalau melihat Benteng yang ada di seluruh Indonesia, hampir semua seperti ini dan memang terowongan itu semuanya tertutup.

Kompasianer ...

dokpri
dokpri
Pemandangan dari atas disamping Meriam yang moncongnya kelaut sangat indah sekali, terlihat beberapa anak sekolah yang meloncat dan berdiri untuk berfoto ria, sangat rawan ini sebenarnya karena saya lihat tidak ada pengamannya, resiko terjatuh sangat tinggi sekali.

Setelah puas berfoto kami kembali keluar, sebelum keluar kami masuk dulu ke ruang pamer yang ada di sisi kiri dan kanan pintu masuk utama.

Benteng ini selain berdekatan dengan samudera, juga dikelilingi kawasan wisata pecinan dan satu buah vihara. Kawasan pecinan menjadi pemandangan yang menarik satu bentuk perpaduan beberapa unsur budaya membaur menjadi satu serta turut mendewasakan Bengkulu.

Beberapa lampu lampion khas Tionghoa tidak ketinggalan turut menghias keindahan malam pada sudut benteng yang berbatasan langsung dengan Pecinan, tak jauh dari kawasan Pecinan, wisatawan yang lapar dapat memanjakan perut dengan aneka kuliner khas Bengkulu dan pesisir pantai, di Pantai Panjang Bengkulu.

Selamat berlibur bersama keluarga dan sahabat.

Bogor, 16012020

Salam Petualang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun