Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menapak Jejak Kejayaan Banten

24 Juni 2019   13:01 Diperbarui: 26 Juni 2019   18:27 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntung ada anak tangga kecil yang diletakkan di tanah. Kami mencoba mendirikan anak tangga tersebut, agar kami bisa naik dan melihat sisa-sisa yang ada dari Keraton Surosowan, sisa-sisa saksi bisu kejayaan Banten dahulu.

dokpri
dokpri
Bangunan ini merupakan pusat kerajaan dan pusat pemerintahan kerajaan Banten. Di sini juga merupakan tempat tinggal Sultan bersama keluarga dan para pengikutnya. Menurut sejarah yang ada bentuk keraton ini pernah mengalami perubahan saat dipimpin oleh Sultan Haji pada tahun 1672-1687. Hal ini dilakukan karena keraton ini pernah dirusak oleh Belanda pada tahun 1680, kata sejarah ditambah di dinding di bagian sisinya.

Adapun arsiteknya orang Belanda, Hendrick Lucasz. Dengan ketinggian 2 meter dan lebar 5 meter, keraton ini difungsikan untuk meminimalisasi serangan Belanda yang pernah menyerang Keraton. Hendrick Lucasz menjadi mualaf dan masuk Islam. Atas jasanya dia diberi gelar oleh Sultan dengan nama Pangeran Wiraguna.

dokpri
dokpri
Keraton ini sendiri diperkirakan dibangun pada tahun 1526-1570, saat itu masih dipimpin oleh Sultan Banten yang pertama, yaitu Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Maulana Hasanuddin adalah anak dari Sunan Gunung Jati, jadi Banten di beri wilayah oleh Sunan Gunung Jati, yang berdiri Keraton Surosowan ini.

dokpri
dokpri
Belanda menyerang kembali Keraton ini pada tahun 1813, dan menghancurkan kota dan bagian dari keraton, yang menyebabkan Sultan dan penghuninya meninggalkan Keraton. Saat itu penyerangan dipimpin oleh Gubernur Jendral Belanda Herman Daendels.

Keraton hancur, tersisa seperti bentuk seperti sekarang ini. Bahan bangunan keraton sendiri menggunakan bahan bata campuran pasir dan kapur sebagai bahan dasarnya.

Kompasianer, saat kami di sini sama seperti kami ke tempat bekas-bekas kejayaan Banten di abad ke-17, sepi tidak ada orang. Kami menuruni bekas-bekas reruntuhan ini. Namun kami hanya menebak, ini bekas rungan apa, ini bekas ruangan apa, karena tidak ada tempat untuk kami bertanya.

Keraton Surosowan ini berupa reruntuhan, terdapat sisa ruang yang masih bisa kita lihat dari atas tempat kami berdiri, ada seperti gerbang di bagian utara, ada seperti bekas kolam, cukup luas juga bentuk kolamnya.

Dari data yang ada, luas Keraton Surosowan mencapai 4 hektar. Ini juga merupakan salah satu benda cagar budaya yang ditetapkan oleh pemerintah Banten. Walaupun ini adalah sisa-sisa kejayaan Banten, tidak ada salahnya Kompasianer menjajal tempat ini, sebagai tambahan wawasan dan yang terpinting bisa berswafoto di sini.

MASJID PACININ TINGGI

dokpri
dokpri
Kali ini kami menuju salah satu tempat bersejarah di Banten. Walau bangunan yang ada tinggal secuil, namun ini dahulunya adalah tempat yang sangat sakra, yaitu Masjid Pacinan Tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun