Ketika guru kita memerintahkan agar santri tidak usah sungkem dan mencium tangan beliau ketika mushofahah (salaman) dan bertemu, maka kita sebagai santri tetap harus sungkem dan mencium tangan guru ketika bertemu, meskipun sang guru memerintahkan kita agar tidak sungkem. Ini sebagai bentuk adab kita kepada guru. Dan perintah guru tersebut tentu karena rasa ketawadhuan beliau.
Sayyidina Abu Bakar Al-shiddiq juga pernah diperintah oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk menjadi Imam Sholat, namun beliau menolak karena sebagai bentuk adab serta merasa tidak pantas menjadi Imam Sholat sedangkan yang menjadi Makmum adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makhluk yang paling mulia.Â
Maka oleh karena itulah sekelumit pendidikan karakter yang ditamankan di pondok pesantren. Selamanya penulis akan tetap mejadi santri, juga tidak akan berhenti untuk belajar, mengamalkan  dan mengkaji kitab-kitab yang bermanfaat.
Mengutip dari penyataan Kiai Said Aqil Siraj (Matan Ketua Umum PBNU), dalam sebuah kesempatan wawancara beliau dengan Habib Husain Jafar Al Hadar: Pondok Pesantren adalah benteng terakhir moral, akhlak bangsa kita Indonesia.
Oleh karenanya dalam kesempatan yang sangat bahagia ini, marilah kita peringati Hari Santri Nasional sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT, kepada para masyayikh, ulama, kiyai, dan guru kita semua yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan terkhusus tentang ilmu karakter atau akhlak. Mudah-mudahan bangsa Indonesia semakin maju dan berkarakter serta berakhlakul karimah.
Wallahu a'lam bishshowaab...