Mohon tunggu...
Muhammad Misbakhul Munir
Muhammad Misbakhul Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Qolallahuta'ala : waja'alani mubaarokan ainama kuntu. Jadikanlah dirimu orang yang membawa manfaat dimana saja kamu berada.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Pesantren sebagai Benteng Pendidikan Karakter

21 Oktober 2022   20:28 Diperbarui: 21 Oktober 2022   21:21 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai pendidikan memang sangatlah menarik, akan tetapi pendidikan tidak selalu diidentikkan dengan sekolah, karena cakupan dalam pendidikan sangatlah luas, ada pendidikan formal, non-formal dan informal. Salah satu lembaga pendidikan tertua di Negara Indonesia adalah Pesantren. 

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah eksis sebelum Negara ini merdeka menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Model pendidikan pesantren ini sangatlah unik, karena seorang santri di sebuah pondok pesantren selalu di gembleng atau dididik selama hampir 24 (dua puluh empat) jam sehari semalam. 

Penulis sendiri pernah mengalami dan pernah mengenyam pendidikan pesantren di pondok pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin Cirebon walau hanya tiga tahun. di sebuah pondok pesantren seorang santri tidak hanya dididik mengenai ilmu pengetahuan agama saja, akan tetapi pengetahuan umum lainnya juga diajarkan. 

Pendidikan di pesantren sangatlah menyeluruh, baik dari segi intelektual, emosional, bahkan spiritual yang tidak luput dari kurikulum yang diajarkan oleh Kiyai kepada para santrinya.

Hemat penulis, pesantren merupakan prototype pendidikan yang inklusif. Pendidikan di pesantren langsung ditangani atau diasuh oleh seorang Kiyai, sehingga semua santri bisa melihat langsung model pembelajaran yang diberikan oleh Kiyai. 

Bahkan seorang Kiyai atau pengasuh pondok pesantren dapat bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan pendidikan santri-santrinya. Kemudian keunikan pola pendidikan pesantren lainnya yaitu mata rantai keilmuan atau yang biasa disebut dengan sanad keilmuan yang tersambung kepada ulama besar bahkan sampai kepada Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Di pondok pesantren seorang santri selain mengkaji keilmuan agama, (juga pendidikan umum) juga diharuskan menaati peranturan pesantren, petuah guru, titah kiyai, dan pengurus pesantren. Pesantren tidak melulu mengajarkan santri-santrinya tentang pengetahuan keagamaan, kemandirian dan tak luput dari pendidikan karakter atau akhlak di sebuah pondok pesantren. 

Pesantren mendidik para santrinya secara aplikatif (seperti mengharuskan para santri wajib shalat berjamaah) tentang ibadah, tentang sosial, organisasi (jamiyah) juga di aplikasikan oleh santri-santri di sebuah pesantren.       

Penulis teringat ketika dididik di pondok pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin, Almaghfurlah Syaikhona Bapak K.H. Burhanuddin Halim bin K.H. Abdul Halim, selaku Pengasuh pondok Pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin, beliau pernah pernah berpesan kepada para santrinya;

37bfebee-d90f-478f-ba13-26ebbdd7205e-6352a6fd5e09f56d400b1e32.jpg
37bfebee-d90f-478f-ba13-26ebbdd7205e-6352a6fd5e09f56d400b1e32.jpg
"muro'atul adabu muqaddimatu 'ala imtitsaalu awamiri"

Yang artinya: "Menjaga tata kerama (akhlak) kepada gurumu itu lebih didahulukan, dari pada menuruti perintah gurumu".

Ketika guru kita memerintahkan agar santri tidak usah sungkem dan mencium tangan beliau ketika mushofahah (salaman) dan bertemu, maka kita sebagai santri tetap harus sungkem dan mencium tangan guru ketika bertemu, meskipun sang guru memerintahkan kita agar tidak sungkem. Ini sebagai bentuk adab kita kepada guru. Dan perintah guru tersebut tentu karena rasa ketawadhuan beliau.

Sayyidina Abu Bakar Al-shiddiq juga pernah diperintah oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk menjadi Imam Sholat, namun beliau menolak karena sebagai bentuk adab serta merasa tidak pantas menjadi Imam Sholat sedangkan yang menjadi Makmum adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makhluk yang paling mulia. 

Maka oleh karena itulah sekelumit pendidikan karakter yang ditamankan di pondok pesantren. Selamanya penulis akan tetap mejadi santri, juga tidak akan berhenti untuk belajar, mengamalkan  dan mengkaji kitab-kitab yang bermanfaat.

Mengutip dari penyataan Kiai Said Aqil Siraj (Matan Ketua Umum PBNU), dalam sebuah kesempatan wawancara beliau dengan Habib Husain Jafar Al Hadar: Pondok Pesantren adalah benteng terakhir moral, akhlak bangsa kita Indonesia.

Oleh karenanya dalam kesempatan yang sangat bahagia ini, marilah kita peringati Hari Santri Nasional sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT, kepada para masyayikh, ulama, kiyai, dan guru kita semua yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan terkhusus tentang ilmu karakter atau akhlak. Mudah-mudahan bangsa Indonesia semakin maju dan berkarakter serta berakhlakul karimah.

Wallahu a'lam bishshowaab...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun