Ironisnya, anak yang tumbuh di bawah tekanan orang tua perfeksionis ini sering justru mengalami masalah psikologis sendiri, seperti rendahnya self-esteem, kecemasan sosial, hingga kesulitan mengambil keputusan.
Mengaca Sebelum Mengajar
Sebelum memikirkan "bagaimana cara membuat anak sabar", mungkin orang tua perlu bertanya: "Apakah saya sudah cukup sabar?"
Sebelum berharap anak berani minta maaf, orang tua perlu bertanya: "Apakah saya pernah dengan tulus meminta maaf pada anak saya ketika saya salah?"
Proses parenting sejati dimulai dari keberanian orang tua untuk bercermin.
Ketika anak melihat ayahnya mengendalikan marah, ia belajar regulasi emosi.
Ketika anak mendengar ibunya berani bilang "Maaf, tadi Ibu salah", ia belajar kerendahan hati.
Ketika anak melihat orang tuanya berusaha memperbaiki diri, ia belajar bahwa manusia itu wajar salah, tapi lebih penting lagi wajar untuk berubah.
Sebelum memikirkan "bagaimana cara membuat anak sabar", mungkin orang tua perlu bertanya: "Apakah saya sudah cukup sabar?"
Sebelum berharap anak berani minta maaf, orang tua perlu bertanya: "Apakah saya pernah dengan tulus meminta maaf pada anak saya ketika saya salah?"
Proses parenting sejati dimulai dari keberanian orang tua untuk bercermin.
Ketika anak melihat ayahnya mengendalikan marah, ia belajar regulasi emosi.
Ketika anak mendengar ibunya berani bilang "Maaf, tadi Ibu salah", ia belajar kerendahan hati.
Ketika anak melihat orang tuanya berusaha memperbaiki diri, ia belajar bahwa manusia itu wajar salah, tapi lebih penting lagi wajar untuk berubah.
Kelas Parenting Hanya Jembatan, Bukan Tujuan
Mengikuti kelas parenting tentu bermanfaat---ia memberi wawasan, strategi, bahkan motivasi. Tetapi, itu semua hanyalah jembatan. Tujuan akhirnya adalah perubahan nyata dalam diri orang tua.