Kehilangan sosok orang tua membentuk skema atau cetakan bawah sadar dalam otak anak yang terus memengaruhi hidupnya hingga dewasa, antara lain:
1.Ketidakpercayaan pada orang lain.
Anak yang tak merasa 'dicintai' bisa mengembangkan keyakinan bahwa hubungan selalu bersifat sementara atau menyakitkan.
2.Kesulitan dalam mengenali emosi sendiri.
Anak tak belajar menamai dan mengelola perasaannya, sehingga mudah marah, cemas, atau bahkan membeku (emotional numbing).
3.Pengulangan pola luka.
Anak yang kehilangan ayah bisa mencari pasangan yang dingin atau tidak hadir secara emosional. Ini bukan karena ia bodoh, tapi otaknya mengenali luka itu sebagai 'familiar'.
SINYAL-SINYAL ANAK MULAI TERLUKA SECARA MENTAL
*Sering tantrum atau menarik diri
*Punya teman imajiner terlalu kuat atau tak bisa lepas dari boneka tertentu
*Emosi tak stabil: menangis atau marah tanpa sebab jelas
*Meniru pola orang tua yang tidak hadir (contoh: anak laki-laki yang ditinggal ayah bisa jadi dingin dan cuek pada ibunya)
*Sering mengatakan "aku nggak penting" atau "aku capek hidup"
Jangan anggap ini sebagai kenakalan biasa. Bisa jadi, ini adalah sinyal terpendam dari kehilangan emosional yang tidak terungkap.
APA YANG BISA DILAKUKAN ORANG DEWASA DI SEKITAR ANAK?
*Jangan berpura-pura sosok itu tidak ada. Bila ayah atau ibu memang tidak hadir, bantu anak memprosesnya secara jujur namun dengan bahasa usia yang sesuai.
*Jangan menjelek-jelekkan sosok yang tidak hadir. Anak tetap menyimpan "jejak batin" terhadap orang tua biologisnya. Menghujat hanya akan memperparah konflik batin.
*Berikan 'figur pengganti yang sehat' bila memungkinkan. Misalnya, kakek, paman, guru, atau figur dewasa lain yang bisa mengisi kebutuhan relasional anak secara stabil dan konsisten.
*Bangun rutinitas penuh kehangatan. Konsistensi dan pelukan adalah obat yang sangat underrated.
PERAN TERAPI
Banyak anak yang tumbuh tanpa kesadaran bahwa luka masa kecilnya telah membentuk siapa dirinya hari ini. Terapi psikologis bukan hanya soal menyembuhkan luka, tapi juga:
*Mengurai pola pikir yang salah akibat luka masa kecil.
Seperti keyakinan "aku tak layak dicintai" atau "semua orang akan pergi."
*Memberikan pengalaman relasional baru yang sehat.
Dalam relasi terapeutik, anak (atau remaja) bisa merasakan kehadiran yang validatif hal yang mungkin tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
LUKA YANG TAK DIWARISKAN
Kehilangan figur orang tua adalah luka yang menyakitkan. Tapi luka itu tidak harus diwariskan. Kita bisa menyembuhkan, memulihkan, dan menutup lingkaran trauma itu sebelum berpindah ke generasi berikutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI