Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Hilmy Yusuf
Muhammad Irfan Hilmy Yusuf Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Writer @ Alodokter.com. Microbiologist, Penggemar Film dan Serial berkualitas, pembaca buku. Biasa menulis di situs Alodokter.com dan mirfanhy.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Al-Quran Bukan Buku Sains

13 Juni 2017   10:25 Diperbarui: 13 Juni 2017   14:42 3121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Bahkan alam semesta dan bumi betuknya adalah bola, demikian juga penjelasan bahwa cahaya bulan berasal dari pantulan sinar matahari dan gerhana bulan terjadi karena cahaya bulan terhalang oleh bumi yang terletak antara bulan dan matahari" (Ibn Qayim al-jauziyah)

Terkait fenomena bumi datar ataupun bumi bulat, dalam Al-Quran tidak ada dalil yang menyebutkan bagaimana bentuk bumi secara jelas. Maka dari itu, untuk memahami fenomena ini, butuh penafsiran lebih lanjut terkait bentuk bumi dan tidak ditafsirkan secara tekstual. Untuk menafsirakan ayat Al-Quran, tidak hanya faktor kosa kata serta linguistik saja yang diperhatikan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam penafsiran Al-Quran, terutama yang berkaitan dengan fenomena sains, adalah penelitian yang terpercaya dan adil tentang fenomena sains tersebut. Perlunya bukti-bukti sains untuk membantu penafisran Al-Quran, serta ayat-ayat AL-Quran yang berhubungan dengan fenomena sains dan bersifat mutasyabihat, menyebabkan Al-Quran tidak cocok dijadikan sebagai buku sains.

Dua poin yang saya sampaikan, terkait penafsiran tekstual ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan fenomena sains, serta sifat Al-Quran yang tidak bisa dijadikan parameter keberterimaan teori dan hukum sains, menyebabkan Al-Quran, menurut saya, tidak bisa dijadikan sebagai buku sains terutama untuk ilmuwan dan akademisi muslim.

Posisi Sains terhadap Al-Quran

Perlu dicamkan juga, terlepas bagaimana perbedaan pendapat tentang peranan Al-Quran terhadap sains, kebenaran Al-Quran merupakan kebenaran yang tidak bisa dibantah. Al-Quran merupakan firman Allah swt yang tidak terdapat kepalsuan, kecacatan serta kesalahan di dalamnya. Sifat kemukjizatan Al-Quran tidak akan hilang dengan  munculnya bukti-bukti sains baru. Justru dengan adanya berbagai penemuan sains baru dapat memperkuat bukti bahwa Al-Quran betul-betul merupakan firman Allah swt dan bukan karangan manusia.

Dalam Al-Quran, di tantang untuk menembus penjuru langit dan bumi oleh Allah swt dengan menggunakan kekuatan. Oleh karena itu, manusia dituntut sebisa mungkin untuk mengungkap rahasia alam semesta agar dapat menembus penjuru langit dan bumi melalui makna implisit pada ayat berikut :

"Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)" (Ar-Rahman : 55)

Selain itu, dengan meneliti fenomena alam melalui sains, seorang muslim justru akan lebih mudah menemukan bukti-bukti kekuasaan Allah. Dengan mempelajari fenomena alam, keimanan kepada Allah dan Al-Quran akan meningkat serta lebih memberikan keyakinan akan kekuasaan Allah swt. Allah menjamin hal tersebut dalam ayat berikut :

"sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal" (Ali Imran : 190)

Maka dari itu, seharusnya dengan keimanan terhadap Al-Quran tidak menjadikan seorang muslim untuk menolak sains dengan buta. Karena justru Al-Quran sendiri memerintahkan manusia untuk berpikir dan mengungkap  berbagai fenomena alam yang ada di sekitar. Dengan demikian, selayaknya seorang muslim tidak menjadikan Al-Quran sebagai dalil penolakan sains karena seharusnya, dengan mempelajari sains, seorang muslim akan lebih meyakini kebenaran Al-Quran.

 

 Tulisan ini juga dapat dibaca di http://mirfanhy.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun