Mohon tunggu...
Mira Rahmawati
Mira Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Belum tahu apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Peringatan Seorang Saksi yang Memilih Diam

8 September 2020   22:37 Diperbarui: 9 September 2020   19:11 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: KOMPAS/TOTO SIHONO

Ingin kutuntut balasan 
atas siapa yang tak kukenal 
yang mirip denganku di cermin 
yang kecil dan bertahan 
seperti bintang kejora di pagi tiba 

Ingin kutuntut musuh untuknya
dengan elegan dengan mesra
seperti dalam film drama
Protagonis yang juga hidup dalam pesta
ikut berdansa
ikut bergelak tawa
ikut mengacungkan gelas ke udara 

Hanya saja 
terlalu banyak batasan. 
realita sungguh buat mabuk. 
Andai saja andai saja 
misal: 
Andai aku pintar bela diri 
Sekali jurus, 
Orang jahat mati. 

Atau andai aku begini 
Dengan mewah dengan gagah 
Hidup nyaman seperti pujangga istana 
Dengan karangan rajanya yang bijaksana 

Sekali lagi realita ini sungguh memabukkan. Kau bisa berhayal, mual, pingsan atau mati!
Aku pun tertawa berderai-derai 
Susah bayar tagihan 
Tak lunas dengan ilmu sejengkal, 
Tapi  inginnya heroik bagai pahlawan. 

Toh bukan pesananku hidup begini 
Bisa jadi tidak pula dengan koruptor atau penjajah 
dalam angan mungkin mereka pun seputih muka donat gula. 

Tak ada yang tahu kenapa kita semua begini. 
Hanya saja, aku peringatkan! 
Kemungkinan kita yang mati duluan 
persis cameo dalam Baratayuda. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun