Beberapa hari ini kita sering kali mendapatkan berita tentang perlakuan tidak layak bahkan sadis segelintir pihak ataupun orang kepada binatang.Â
Hal ini semakin marak dan justru kebanyakan faktornya karena merasa terganggu atau bahkan hanya untuk sekadar konten.Â
Saat itu rasa kasih sayang, rasa kemanusiaan kepada sesama makhluk Tuhan seakan terabaikan.
Namun di sisi lain begitu banyak manusia yang masih punya hati nurani dan akal sehat untuk mencintai, menjaga dan merawat binatang.Â
Bahkan tak segan rela melakukan banyak hal dan mengorbankan tak hanya materi namun waktu hanya untuk merawat binatang-binatang terebut.
Padahal pula jika kita sayang pada binatang tersebut maka binatang tersebut juga akan sayang pada kita bahkan tidak mau jauh dengan kita.Â
Binatang tersebut juga bisa menjadi teman bahkan obat penghibur hati bagi manusia. Jika tidak bisa memelihara setidaknya kita bisa memberi makan jika bertemu bahkan tidak menghilangkan nyawanya dengan sengaja.
Saya sebetulnya bukan termasuk yang suka merawat binatang, namun saya termasuk bagian dari masyarakat yang menentang perlakuan tidak layak kepada binatang.Â
Saya juga pernah punya kucing yang saya sayangi dan saya namakan Butel yang artinya Berbulu Tebal.Â
Meskipun milik tetangga, Butel sering ke rumah dan saya sering memberinya makan dan saya semenjak pindah, saya tidak tahu lagi keberadaan Butel.Â
Namun ketika membaca topik pilihan Kompasiana tentang kehilangan hewan kesayangan, pikiran saya langsung tertuju pada sahabat terbaik dalam hidup saya yang tinggal di Bekasi.
Kakak saya, begitu saya lebih nyaman menyebutnya seperti itu adalah seorang pecinta kucing. Bukan hanya dia namun juga suaminya bahkan keluarganya.Â
Saya pun yang dulu tidak suka dengan kucing, seiring berjalannya waktu apalagi ketika waktu itu sering ke Bekasi akhirnya setelah diperkenalkan dengan kucing-kucingnya pun langsung jatuh hati pada kucing.
Terakhir ke rumah kakak saya, kucingnya berjumlah 27 kucing dan kebanyakan adalah kucing kampung yang datang sendiri ke rumahnya untuk kemudian dirawat dan sebagian lagi adalah kucing jenis Persia.Â
Kucing-kucingnya ada yang dirawat dari kecil bahkan ada juga yang dirawat di saat sudah besar badannya.
Kakak saya mulai merawat dan memelihara kucing setelah menikah dan tinggal di Bekasi. Untungnya sang suami sangat mendukung apa yang dilakukan istrinya dan kebetulan pasangan kesayangan saya ini suka sekali dengan kucing yang juga merupakan binatang kesayangan Nabi Muhammad SAW. Kucing-kucing itu ibarat obat sekaligus penghibur bagi keseharian kakak saya maupun suaminya.
Sama seperti pecinta hewan lainnya, kakak saya rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk merawat kucing-kucingnya.Â
Menyiapkan makan, kandang, vitamin dan kebutuhan kesehatan kucing dengan rutin dibawa ke dokter hewan bahkan ketika kucingnya sakit dan harus memerlukan perawatan.Â
Setiap bulan penghasilannya ada yang dipisahkan khusus untuk biaya merawat kucing-kucing di rumahnya.
Selain merawat dan memelihara kucingnya di rumah, kakak saya juga suka merawat kucing di kantornya. Di meja kerjanyan pun tersimpan makanan kucing. Bahkan ada kucing yang selalu rutin mendatangi kakak saya ke meja kerjanya.
Saya sampai tahu jadwalnya kakak saya memberi makan, mengganti pasir maupun membersihkan tempat kotoran kucing-kucingnya yang banyak itu.Â
Setelah subuh, siang hari (yang ini diwakilkan oleh asisten rumahnya) dan sore hari. Belanja kebutuhan kucing di aplikasi online rutin dilakukannya.
Karenanya saking sayangnya dengan kucing-kucing tersebut, ketika kucing-kucingnya belum kembali pasti khawatirnya luar biasa. Yang terpikirkan oleh kakak saya, kalau kucing itu tidak pulang ke rumahnya, siapa yang memberinya makan?Â
Makanya sering kali dia dan suaminya dibantu asisten rumahnya mencari kucing tersebut meskipun rata-rata kucing yang dirawat oleh kakak saya biasanya meskipun keluar rumah kemudian ujungnya pasti kembali lagi ke rumah itu.
Begitu pula ketika kakak saya kehilangan hewan kesayangannya yaitu kucingnya untuk selama-lamanya, entah itu karena sakit ataupun tertabrak.Â
Pernah saat itu kami baru sampai kota Cirebon untuk berlibur, kemudian kakak saya mendapat kabar bahwa kucing kesayangannya tertabrak motor di dekat rumahnya.Â
Saat itulah pertama kali saya melihat kakak saya begitu sedih dan menangis karena kehilangan kucing yang selama ini dia rawat.Â
Saya pun bisa merasakan kesedihanya karena tahu betul betapa sayangnya kakak saya pada kucingnya tersebut dan saya juga sayang dengan kucingnya itu.Â
Pulang dari Cirebon, kami pun sempat ke makam kucing tersebut yang terletak tidak jauh dari rumah kakak saya dan menaburkan bunga di makam kucing tersebut.
Sering kali kakak saya mengabari via WhatssApp tentang kelakuan lucu kucingnya. Mengabari jika kucingnya sakit ataupun dirawat dan kemudian meminta agar ikut mendoakan semoga kucingnya sehat dan kembali sembuh. Begitu juga ketika kucingnya meninggal, langsung mengabari.
Ketika kehilangan kucingnya, pasti kakak saya menangis karena sedih kehilangan binatang yang selama ini dirawat dan tentunya dengan kelakuan dan kelucuan kucing-kucing tersebut apalagi ketika kucingnya manja.Â
Selama beberapa hari biasanya memasang foto profil ataupun membuat status tentang kucingnya. Bahkan semakin sayang lagi dengan kucing-kucingnya yang masih ada dan rutin mengontrol lewat telepon ke asisten rumah tangganya tentang kondisi kucing-kucingnya ketika kakak saya bekerja.
Sebagai teman yang sudah seperti adiknya, saya pun tentunya sayang juga dengan kucing-kucingnya meskipun hanya sebatas bermain bersama kucingnya.
Saya pun sering kali memotret kelakuan kucing-kucingnya entah itu dengan menggunakan kamera handphone ataupun kamera DSLR dan kemudian saya kirimkan ke kakak saya.Â
Kelak hasil foto saya sering digunakan untuk foto profil ataupun mengenang ketika kucing-kucingnya tidak ada.
Seperti kakak saya bilang ke saya bahwa manusia bisa mencari makan sendiri karena manusia diberi akal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tapi kucing dan binatang lain berbeda.
Mereka, binatang-binatang mencari makan sendiri dan kadang makan makanan sembarangan. Mereka juga berhak disayang dan diperlakukan dengan baik.
Hanya manusia yang bisa memberi makan kucing dan binatang-binatang lain bahkan merawatnya dengan baik, memberikan makanan, kandang untuk tinggal bahkan memberinya vitamin jika kita mampu sehingga kucing dan binatang-binatang tersebut dapat hidup dengan baik.
Yuk, stop perlakuan kasar pada binatang. Sayangi mereka seperti kita menyayangi keluarga, pasangan ataupun teman terdekat kita.
Untuk kakak-kakakku, sehat selalu kalian berdua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI