Mohon tunggu...
Jasmine Belinda Budijanto
Jasmine Belinda Budijanto Mohon Tunggu... Editor - Pemelajar

Salam Literasi!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan dalam Pandemi di Era 4.0: Mudah atau Sulit?

11 November 2020   07:17 Diperbarui: 11 November 2020   08:49 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tahun 2020 adalah tahun yang sulit untuk kita. Banyak hal telah terjadi pada tahun ini. Salah satunya adalah menyebarnya pandemi COVID-19. Pandemi tersebut telah mengubah semua sektor. Kebiasaan manusia pun ikut berubah. Pada awal munculnya COVID-19, semua orang diminta untuk tetap di rumah. Hal ini tentu berimbas pada seluruh sektor, khususnya pendidikan. Bagi orang yang bekerja, kondisi tersebut cukup menyulitkan karena perusahaan terpaksa memotong gaji mereka. Bidang pendidikan juga merasakan dampaknya. Para guru dan siswa diminta melakukan kegiatan belajar mengajar di rumah. Untuk mengatasinya, pemerintah membentuk kebijakan agar semua orang dapat produktif meski dari rumah saja. Oleh karenanya, muncul istilah Work from Home (WFH) untuk sektor ekonomi dan Belajar dari Rumah (BDR) untuk sektor pendidikan.

Era 4.0 adalah era industri yang memanfaatkan dan mengembangkan teknologi. Sebenarnya, sudah sejak lama diperkirakan oleh para ahli bahwa pendidikan akan bergeser ke arah pendidikan berbasis teknologi. Namun, untuk tahun penerapannya, masih belum diketahui. Oleh karenanya, pandemi COVID-19 menjadi gerbang pembuka perubahan sistem pendidikan tersebut. Karena munculnya pandemi ini sangat tiba-tiba, masyarakat yang berkecimpung di dunia pendidikan harus segera beradaptasi dengan perubahan tersebut.

PENDIDIKAN DI ERA 4.0 DAN SITUASI PANDEMI

            Kebijakan tersebut tentu menimbulkan pro dan kontra, terutama untuk bidang pendidikan. Kelompok yang setuju dengan kebijakan mengatakan bahwa kebijakan tersebut dapat menghentikan penyebaran virus COVID-19. Belajar dari Rumah memberikan kesempatan belajar untuk siswa. Hal ini bertujuan agar siswa-siswi tetap dapat memperoleh pendidikan meski tidak berada di sekolah. Selain itu, kelompok pro kebijakan pemerintah berpendapat lebih baik melakukan belajar dari rumah, tetapi masih bisa keluar rumah untuk kepentingan tertentu. Kebijakan ini dianggap lebih efektif daripada melakukan lockdown.

            Kelompok yang kontra dengan kebijakan tersebut beranggapan bahwa kebijakan Belajar dari Rumah (BDR) sangat merugikan masyarakat, khususnya para siswa. Kebijakan tersebut dinilai tidak efektif karena membuang esensi belajar. Di bidang pendidikan muncul istilah Belajar dari Rumah. Akan tetapi, persepsi yang muncul di pikiran siswa adalah libur sekolah. Hal tersebut menyebabkan siswa enggan melakukan pembelajaran daring dan enggan mengerjakan tugas-tugasnya. Selain itu, untuk dapat melakukan kebijakan Belajar dari Rumah, para siswa memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Akan tetapi, pada kenyataannya, banyak siswa yang tidak mampu membeli gawai dan kuota sehingga kegiatan mereka tersendat.

            Selain munculnya persepsi yang keliru, kebijakan tersebut menimbulkan perdebatan. Para guru terpaksa harus dipotong gajinya dan ada juga guru yang dikeluarkan (di-PHK) karena sekolah tidak mampu membayar seluruh biaya operasional. Banyak siswa yang juga mengalami depresi. Depresi tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab pertama adalah banyaknya tugas yang diberikan. Pada awal pembelajaran daring, banyak guru yang memberikan tugas-tugas kepada siswa. Tujuan dari pemberian tugas tersebut adalah untuk menilai pemahaman siswa terkait materi pembelajaran. Akan tetapi, karena banyaknya tugas yang diberikan dan tenggang waktu yang sedikit, siswa justru menjadi tidak paham dan depresi.


            Penyebab kedua adalah kurangnya pemahaman materi. Karena guru terfokus pada pemberian tugas, guru menjadi lupa bahwa yang terpenting bagi siswa adalah penjelasan materi. Sayangnya, penjelasan materi tidak dapat diberikan secara gamblang karena adanya keterbatasan fasilitas. Akhirnya, siswa menjadi merasa tidak peduli dan hanya mengikuti arus pembelajaran.

Penyebab yang ketiga adalah kurang memadainya sarana dan prasarana. Untuk dapat melakukan pembelajaran daring yang efektif, siswa sebaiknya memiliki gawai (smartphone) dan kuota yang mencukupi. Namun, karena gawai dan kuota internet memiliki harga yang cukup mahal, banyak siswa tidak mampu memenuhinya dan akhirnya mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran secara efektif. Seperti yang dikatakan Agus Harimurti Yudhoyono (2020) dalam Pendidikan Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19, pengadaan sarana dan prasarana untuk sekolah online menyebabkan kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin semakin besar.

            Permasalahan di dunia pendidikan juga dialami oleh guru. Guru pun mengalami permasalahan yang sama sulitnya dengan siswa. Guru “dipaksa” untuk menguasai teknologi dengan cepat. Guru juga “dipaksa” untuk mengubah metode pembelajaran agar siswa tetap dapat memahami materi, namun tujuan pembelajaran juga dapat tercapai. Bagi guru, hal ini menjadi tantangan yang berat karena mereka harus menyesuaikan perkembangan dunia. Oleh karenanya, secara tidak langsung pendidikan di masa pandemi memaksa semua orang untuk beralih ke pendidikan di era 4.0.

            Selain guru dan siswa, para orang tua juga merasakan kesulitan dalam mengawasi anak-anak. Banyak orang tua yang juga melakukan dua fungsi secara bersamaan. Orang tua harus mendampingi anaknya dalam belajar di rumah dan orang tua juga harus bekerja dari rumah. Meskipun demikian, banyak orang tua yang menerima kebijakan tersebut agar anak mereka dapat tetap aman dan sehat, serta terhindar dari COVID-19.

TANTANGAN PENDIDIK DAN PEMELAJAR DI ERA 4.0

            Era 4.0 adalah sebuah era baru yang mengutamakan pengembangan dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Semua sektor mulai menggunakan teknologi dalam pengerjaannya. Salah satu sektor tersebut adalah pendidikan. Pada hakikatnya, pendidikan harus mampu menjawab tantangan dunia saat ini. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan siswa ketika mereka akan terjun ke dunia masyarakat.

            Seperti yang diungkapkan oleh Soziduhu Gulo (2019) dalam Tantangan Pendidikan di Era Revolusi 4.0, tantangan pendidikan harus berkembang bersama dengan perubahan zaman. Ia mengatakan bahwa tantangan pendidikan adalah mengikuti perubahan zaman. Di era 4.0, pendidikan harus memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tersebut menggunakan cybersystem sehingga pembelajaran dapat dilakukan tanpa dibatasi tempat dan waktu. Maksudnya apa? Maksudnya adalah siswa dan guru tidak perlu lagi datang ke sekolah untuk melakukan pembelajaran. Mereka dapat mengajar dan belajar dari berbagai tempat.

            Tantangan yang lain adalah pendidik harus menguasai teknologi. Keterampilan menggunakan teknologi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Selain itu, di era yang serba canggih ini, pendidik perlu memanfaatkan teknologi dan mengajarkannya pada anak didik agar para siswa dapat bersaing di dunia global. Jika pendidik mampu menguasai teknologi dan memanfaatkannya dengan baik, pendidik tidak akan bisa digantikan oleh kecerdasan buatan.

            Sri Maryani (2020) dalam Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 mengatakan bahwa tantangan pendidikan saat ini adalah menggabungkan teknologi dengan metode pembelajaran. Penggabungan ini bertujuan agar pendidikan dapat berkembang sesuai zaman. Saat ini pendidikan telah melahirkan suatu metode baru yaitu e-learning atau pembelajaran daring. Pembelajaran daring tersebut secara tiba-tiba diterapkan. Penerapan ini dilakukan karena adanya pandemi. Hal ini tentu saja menyebabkan semua pekerja bidang pendidikan kebingungan. Mereka tidak pernah melakukan hal tersebut, namun sekarang seluruh orang harus melakukan pembelajaran daring.

            Permasalahan terberat dari pembelajaran di tengah pandemi adalah penjelasan materi. Guru harus berinovasi dan berkreasi dengan penjelasan materi yang sebelumnya belum pernah terpikirkan. Guru harus memutar otak dan mencari cara agar materi dapat tersampaikan dengan baik ke siswa. Oleh karenanya, menurut Rizki Fajar (2020) dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Covid-19, e-learning merupakan metode pembelajaran yang tepat. Pembelajaran daring atau e-learning memiliki dua bentuk. Bentuk pertama adalah synchronous dan asynchronous. Synchronous berarti pembelajaran dilakukan secara real-time sehingga guru dan siswa dapat saling berinteraksi. Bentuk synchronous dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Cisco Webex, Microsoft Team, dan sebagainya. Asynchronous berarti pembelajaran tidak dilakukan bersamaan. Misalnya seperti platform Ruangguru. Platfrom tersebut menyediakan berbagai materi pembelajaran, namun tidak disiarkan secara live. Materi tersebut berbentuk video dan diunggah pada platform tersebut. Kemudian, siswa dapat dengan bebas menontonnya. Jadi, asynchronous bermakna siswa dapat mengakses penjelasan materi tanpa harus bersamaan dengan waktu pemberian materi oleh guru.

            Pembelajaran daring juga harus disertai dengan media pembelajaran yang menarik. Guru perlu memanfaatkan teknologi ketika menyusun media pembelajaran. Banyak sekali media yang bisa digunakan, misalnya Prezi, Story Bird, Powtoon, dan sebagainya. Media-media tersebut dapat membangun minat belajar siswa karena memiliki berbagai warna dan bentuk penyajian.

            Agussalim, S.Pd.I (2020) dalam Menggunakan Video Animasi Sebagai Media Pembelajaran di Masa Pandemi menegaskan bahwa banyak media pembelajaran yang bisa digunakan guru. Video animasi dapat dibuat dengan mudah dan tidak memerlukan keterampilan khusus karena saat ini banyak aplikasi yang dapat membantu mengedit video tersebut. Video animasi tentu dapat menambah daya tarik pembelajaran karena saat ini banyak siswa yang menyukai menonton video atau film. Selain itu, video animasi juga dapat memberikan penjelasan secara gamblang untuk siswa.

            Akan tetapi, ada kekurangan untuk membuat video animasi tersebut. Guru memerlukan peralatan khusus untuk mengunduh aplikasi tersebut. Kelemahan yang lain adalah pembuatan video ini cukup lama dan juga jika ada kesalahan setelah video selesai dibuat, guru akan kesulitan untuk mengubahnya. Pembuatan video animasi memang memerlukan ketelitian dalam pembuatannya. Namun, jika guru sudah terbiasa dapat membuat video animasi, guru akan semakin mudah dalam pembuatannya.

            Pembelajaran di tengah pandemi memanglah cukup sulit. Kesulitan tersebut memang dilandasi oleh perubahan yang mendadak. Akan tetapi, kita perlu menyadari bahwa pandemi ini adalah salah satu gerbang pembuka untuk memulai pendidikan berbasis teknologi. Sudah saatnya bagi pendidik dan siswa terbiasa dengan teknologi. Seiring dengan pembangunan infrastruktur dan evaluasi, pendidikan di era 4.0 akan semakin mudah dan fleksibel. Semakin mudah karena guru sudah mampu memahami esensi dari pendidikan berbasis teknologi. Fleksibel karena kita dapat mengajar dan belajar dari berbagai tempat.

            Pada akhirnya, pendidikan di era 4.0 akan menjadi sebuah kebiasaan bagi kita. Pendidikan akan dapat diperoleh tanpa harus datang ke sekolah. Guru dan siswa menjadi memiliki banyak kesempatan untuk mengeksplor berbagai kemampuan dan pengetahuan baru tanpa harus membuang waktu untuk duduk di kelas saja. Perlu diingat kembali bahwa pandemi bukanlah penghalang bagi kita untuk memperoleh pendidikan yang baik. Memang untuk saat ini, pembelajaran berlangsung sangat sulit. Semua harus membiasakan diri secara cepat dan tidak memiliki fasilitas yang memadai. Akan tetapi, di masa yang akan datang, pendidikan berbasis teknologi tersebut akan menjadi sangat mudah untuk ditempuh karena kita sudah terbiasa. Marilah kita mulai untuk membiasakan diri demi menyongsong pendidikan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun