Mohon tunggu...
Minar Kartika Panjaitan
Minar Kartika Panjaitan Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai menulis, jalan jalan dan kegiatan sosial

Aktifitas wiraswasta, pengembangan masyarakat, menyukai travelling, menulis, ibu rumah tangga,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Borhat Ma Ho Boruku (Kumelepasmu Anak Perempuanku)

8 Juni 2021   22:38 Diperbarui: 8 Juni 2021   22:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hilang, dan benar hilang boruku itu...tapi aku harus ikhlas, demikian sepenggal status seorang ibu di media sosial yang diunggahnya sesaat setelah melepas kepergian anak perempuan yang sangat dikasihinya, hari itu cuaca dingin, awan mendung seakan ikut menangis dengan kondisi yang baru saja dialami ibu yang sudah berusia senja tersebut.

Hatinya sangat hancur karena dia harus melepaskan orang-orang yang dikasihinya, orang-orang? ya bukan hanya anak perempuannya tapi cucunya yang belum sempat digendongnya juga baru saja pergi sebelum kepergian ibunya. Bayi yang meninggal beberapa jam sebelum operasi dilakukan. 

Akh..sangat pedih jika dicertakan, dan bahkan saat inipun hati belum mampu menerima semua ini, menyalahkan orang lain dan memikirkan apa yang benarpun tak kuasa. Sebenarnya ada sebuah kejanggalan dari peristiwa yang dialami ini. Tiga bulan yang lalu borunya (anak perempuannya) melahirkan, cerita ibu tersebut. Saat masa kehamialn berjalan sebagaimana adanya tidak ada sesuatu yang janggal dan setiap periksa ke bidan, menurut keterangan bidan bayi dalam kondisi sehat. 

"Malam itu boruku mengalami kontraksi" cerita ibu tersebut, dan karena  belum waktunya untuk melahirkan sesuai jadwal yang disarankan dokter (soalnya rencana melahirkan adalah sesar) maka anak perempuan dan helaku pun buru-buru ke rumah sakit. Untuk jaga-jaga. Sesampai di rumah sakit, anak perempuanku diminta untuk test covid 19 terlebih dahulu karena ini menjadi sebuah persyaratan lanjutan. Namun rasa mulas terus menerut dirasakan oleh anak perempuanku. 

Selang beberapa jam setelah hasil covid 19 keluar, maka operasi sesar pun dilaksanakan. Setelah cucuku dikeluarkan ada rasa yang berbeda, karena

tidak ada tangisan yang terdengar. Para medis mencoba menyembunyikan informasi dari anak perempuanku, namun karena lulusan dari Akbid dan pernah bekerja sebagai perawat istilah medis sudah dimengerti anak perempuanku, dia sudah menyadari anaknya sudah tidak ada lagi

Rasa sedih tidak ditunjukkannya pada saat itu, hanya memberitahu bahwa kami sebagai orangtuanya tidak usah datang, karena si ucok sudah pergi. kami tidak usah repot repot datang ke rumah sakit.

Tapi sebagai orangtua merasakan bahwa kesehatan boru kamilah yang terutama saat itu, yang pergi takkan kembali. Sambil menguatkan boru kami.

Beberapa bulan setelah melahirkan boruku datang mengunjungi kami di Medan, kami merasakan senang. Selain ingin istirahat boru kami juga ingin mengecek kesehatannya (scan perutnya) karena sering merasakan sakit dibagian perutnya.

Beberapa bulan di Medan, kami sering memantau boru kami ini terkadang diam juga terkadang ceria, namun yang pasti dia menutup diri tidak mau pergi keluar dan bercerita cerita dengan tetangga, kami selalu menghiburnya. Namun karena dia tak mau dilihat sedih selalu ingin menunjukkan wajah yang ceria. Tapi kami tahu bahwa kesediahan masih dirasakannay setelah kepergian anak yang baru dilahirkannya.

"sudah 3 bulan ya ma si ucak itu pergi" pernah dia bergumam seperti itu, dan disitulah kami menyimpulkan bahwa dia masih sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun