Mohon tunggu...
Minar Kartika Panjaitan
Minar Kartika Panjaitan Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai menulis, jalan jalan dan kegiatan sosial

Aktifitas wiraswasta, pengembangan masyarakat, menyukai travelling, menulis, ibu rumah tangga,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bercerita tentang Seks pada Anak

16 November 2020   18:13 Diperbarui: 16 November 2020   18:31 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja Anto, seorang anak usia 10 tahun. Hari itu datang pada ibunya, mengutarakan perasaannya, bahwa ia tadi bertemu dengan seorang gadis di depan kelasnya. "Bu, saya ada pacar, namanya Susi" ceritanya sambil tersipu-sipu malu. 

Ibunya sontak menjawab "Hah, apa pacar! Kamu masih kecil, gak boleh sebut-sebut pacar, Sekolah saja dulu". Jawab Ibunya dengan nada meninggi dan mata terbelalak. Mendengar pernyataan anak sulungnya itu wanita itupun menggeleng gelengkan kepalanya.

Situasi seperti tersebut di atas, sudah sering kita dengar dan bukanlah percakapan yang baru ditelinga kita. Dulu saat saya  masih kecil, saya masih ingat bahwa menyatakan pacar kepada orangtua adalah hal yang tak lazim, anak-anak boleh berbicara tentang pacar kalau sudah kuliah atau sudah bekerja, jika masih sekolah dasar pernyataan tersebut sering membuat telinga panas mendengarnya. 

Namun seiring perubahan jaman, anak-anak usia sekolah dasar bahkan anak TK pun sudah mau berbicara tentang pacar, ntah apakah dia mengerti atau tidak makna kata pacar yang disampaikannya.

Namun sekali-kali jika anak menyatakan bahwa ia memiliki pacar atau mulai mengutarakan perasaannya tentang menyukai lawan jenisnya, orangtua khususnya Ibu janganlah langsung panik. Karena dengan ekspresi panik atau  wajah kaget apalagi ditambah dengan nada suara tinggi. Hal tersebut bisa diartikan respon negative atau seperti sebuah penolakan dari orangtua terhadap perasaan anaknya tersebut. Hal ini dapat membuat anak menjadi sungkan bahkan tidak mau membicarakakan hal yang sama kepada ibunya.

Cobalah untuk tenang, karena dengan mengungkapkan perasaanya adalah langkah awal anak terbuka kepada kita, dan menjadi langkah awal untuk menyampaikan pesan tentang edukasi seks pada anak, bukan hanya itu saja jika anak tidak berbicara tentang pacar sekalipun, orangtua wajib menyampaikan edukasi seks pada anak sejak dini.

Pentingnya Edukasi Seks Sejak Dini

Sebelum kita membahas tentang pentingnya edukasi seks sejak dini, perlu kita pahami apa itu seks, Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), seks adalah jenis kelamin. Pengertiannya sesederhana tersebut, dan tidak ada yang salah dengan kata tersebut. Namun  karena banyaknya penyimpangan dan kekeliruan terhadap seks, kata tersebut sering menjadi seperti tabu untuk dibicarakan apalagi dikalangan anak-anak.

Akibatnya kata seks sering digantikan dengan kata-kata, yang sesunguhnya tidak menggambarkan seks itu sendiri, sehingga pemahaman tentang seks membuat semakin kabur dari arti sebenarnya. Jadi pemahaman kitalah yang perlu diperbaiki ketika mengajarkan kepada anak. Jangan pernah menggantikan jenis kelamin dengan kata lain, namun sampaikan kata yang sebenarnya dan sampaikan bahwa itu sebuah ilmu bukan hal-hal yang harus diolok-olokkan apalagi ditertawai.

Film dan video porno adalah bentuk-bentuk pelecehan seks yang banyak tersebar saat ini, dan tentunya sangat meresahkan semua orangtua. Oleh karena itu agar tidak terjerumus dalam situasai tersebut. Maka edukasi seks perlu disampaikan sejak dini. Agar anak-anak mendapatkan pengetahuan yang benar dan tepat, tidak mencari sendiri  dari sumber-sumber yang tidak tepat seperti: orang lain yang juga memilki pemahaman yang salah tentang seks, dari internet dll. 

Sebagai Ibu kita harus tetap waspada akan hal tersebut. Karena saat ini adalah jaman digital, dimana segala sesuatu serba cepat dan segala informasi baik yang tepat maupun hoaks banyak berseliweran di dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun