Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Biduan

26 Januari 2021   13:38 Diperbarui: 6 Februari 2021   21:36 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam makin menjauh. Sepoi angin malam makin menua. Seiring mulai terbangunnya matahari dari lelap tidurnnya yang panjang. Seorang perempuan muda tampak tergesa-gesa meninggalkan panggung hiburan yang masih riuh redah oleh suara-suara pujian penonton yang tertuju kepadanya. Sinar cahaya lampu di panggung masih terang. Kesibukan masih terlihat diatas panggung. Para crew band berikut pemain musik masih bersantai ria usai menghibur para penonton. 

Perempuan muda yang dipanggil Lilik menyelinap diantara kerumunan penonton yang masih memadati lapangan pertunjukan hiburan. Sementara lilik, sang biduan tak tertarik sama sekali dengan seruan pujian yang diterimanya dari para penyaksi yang menyaksikan aksinya malam ini di panggung hiburan. Tak tertarik sama sekali.  Sepanjang turun dari panggung hiburan itu, hanya satu yang ada dalam pikirannya. Anaknya yang sedang sakit keras di Pusksmas dekat rumahnya. Ya, hanya itu yang ada dalam benaknya.

Berboncengan dengan ojek online yang telah dipesannya jauh sebelum dirinya meninggalkan panggung musik malam itu, Lilik menyusuri jalanan beraspal bersama pengemudi ojek olline yang terus memuji suara dan goyangannya diatas panggung tadi yang yang sangat erotik. Lilik sama sekali tak mengubris ocehan pemboncengnya. Pikirannya hanya pada satu tujuan. Bagaimana dia bisa tiba di Puskesmas itu dan melihat kondisi terkini anaknya yang sedang diopname. Itu saja yang ada dalam otak cerdasnya.

Begitu sampai di halaman Puskesmas, perempuan muda langsung berlari kecil menuju sebuah ruangan tempat anaknya di rawat. Dalam hitungan menit, dia sudah tiba di ruangan tempat anaknya di rawat. Dilihatnya putra semata wayangnya  sedang tertidur pulas di dampingi Ibunya yang ikut menemani anaknya. Sejuta sesal tampak tergambar dalam raut wajahnya. Ada sebuah penyesalan yang tak terumbar dengan kata-kata indah berbalut puitis yang sering dilantunkannya di atas panggung.

" Maafkan ibumu, Nak," ujarnya dengan suara lirih. Malam makin menjauh. Menjauh. Sejauh lelapnya mimpi para politisi yang sedang terbuai dalam mimpi indah mereka tentang kekuasaan.

Cahaya mentari pagi sudah di ubun-ubun. Panasnya mulai terasa menyengat. Suasana rumah kontrakan Lilik pun tampak panas. Kipas angin yang ada di ruang tamu tak mampu meredam emosi para pembicara yang ada di ruangan itu. Suara mereka meninggi hingga terdengar ke langit tujuh. Getarkan bumi.

" Mbak tidak bisa membatalkan pertujukkan malam ini secara sepihak. Kami sudah mengontrak Mbak dan membayar uang mukanya,"seru seorang pria yang berperawakan gendut dengan nada suara tinggi.

" Saya paham Pak. Saya paham dengan kontrak itu. Persoalannya anak saya sedang sakit,: jawab Lilik dengan tenang.

" Lho, Mbak ini gimana sih? Kan dalam kontrak tertera dengan jelas tak ada alasan pertunjukan batal hanya karena anak saki. Tak ada. coba baca kontrak kerja kita," ujar pria itu sambil menunjuk selembar kertas bermaterai.

" Saya hanya minta kebijaksanaan dari Bapak semuanya. Mohon pahami kondisi saya. Mohon pengertian terhadap suasana yang saya alami," ujar Lilik dengan nada suara memelas.

Seorang teman Bapak berperawakan gendut, tiba-tiba membisikan sesuatu ke telinganya. Lilik kaget setengah mati. jantungnya hampir lepas. Tiba-tiba sekujur tubuhnya lemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun