Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Presiden, Nama Saya Jokowi

25 Juni 2016   19:30 Diperbarui: 26 Juni 2016   12:47 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Nggak. Biayanya cukup,Pak," jelas petugas loket dengan senyum.

***

Berita tentang lelaki tua itu mengirim surat kepada Pak Presiden akhirnya tercium di masyarakat Desa. Ada yang mencibir. Ada yang bangga. bahkan ada yang mempertanyakan eksistensi lelaki itu mengirim surat untuk Pak Presiden.

" Apa sih maksud Mbah Jokowi mengirim surat kepada Presiden? Apa beliau mau minta bantuan dana," tanya seorang warga.

" Aku nggak ngerti. Paling juga hanya minta bantuan dana," jawab warga yang lain.

" Harusnya kita kepada Mbah Jokowi. Orang tua seumuran beliau masih mau berkirim surat untuk Pak Presiden. Kita yang masih muda-muda ini malah cuek terhadap Desa kita," ungkap warga lainnya. mendengar penjelasan warga itu, para warga yang berkumpul hanya terdiam. Desis angin yang sepoi menghampiri mareka. Sungguh nikmat kesepoian angin di pantai ini.

***

Sore itu senja mulai beranjak ke peraduannya. Langit  mulai berarak. Cahaya rembulan mulai terlihat genit. lelaki itu pun sgera meninggalkan perahunya yang tertambat di bibir pantai. Pasir putihnya sungguh menawan. Kecipak air laut terdengar bak harmoni musik mozart.

Dari kejauhan tampak seorang lelaki berpakaian dinas bergegas menuju ke arahnya. Dia tampak melambai-lambaikan tangan seakan-akan memberi kode. jalannya tampak bergegas.

" Ada apa ya Pak Sekdes. Kok sepertinya ada sesuatu yang penting," tanya lelaki tua itu.

" Sangat penting sekali Mbah. Ini perintah dari Pak camat. Makanya saya tergesa-gesa datang kesini mau menyampaikan sesuatu," jawab pak Sekdes dengan nafas yang tersengal-sengal seperti nafas koruptor yang dikejar-kejar petugas KPK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun