Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjamu Koma untuk Setitik Bahagia

31 Juli 2020   08:35 Diperbarui: 31 Juli 2020   08:32 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Langit biru di atas sana
sesungguhnya adalah kanvas merah muda
bagi orang-orang yang bersedia menyisihkan
hati dan kerinduan
kepada Yang telah meniupkan ruh dan haribaan

Pagi seperti deretan kaca
menyanyikan kantata
bagi jiwa-jiwa yang dengan sukarela
mendermakan senyuman tulus
teruntuk peradaban yang makin tergerus
lalu mengulurkan tangan
menyembelih segenap keraguan
atas sebuah keyakinan

Hari ini
sunyi memilih melarikan diri
untuk memberi tempat paripurna
bagi keramaian yang akan tiba
di mana-mana
ketika sorot-sorot mata
saling membiaskan cahaya purnama
meski rembulan telah terbenam
digantikan matahari yang menyingsing perlahan

Hari ini
keturunan Ibrahim mengasah kelewang
mengiris dan menyayat waktu senggang
untuk disajikan pada perjamuan
bagi siapapun yang digolongkan
untuk mencicipi setitik bahagia
sebelum kembali disambangi koma
keesokan harinya

Bogor, 31 Juli 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun