Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum Sesi Recovery-Bab 23

6 Juli 2020   01:04 Diperbarui: 6 Juli 2020   01:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lian Xi merasa heran dengan keketusan Akiko. Setelah beberapa lama bersama, sikap bermusuhan itu pelan-pelan mulai mencair. Tapi sekarang datang lagi dengan keketusan sikap yang mengajak berkelahi.

2 orang segera bertindak ketika melihat Lian Xi hendak bangkit berdiri sambil menautkan alisnya.

Cecilia memegang lengan Lian Xi dan menariknya duduk kembali sambil menyodorkan segelas kopi. Sementara Andalas menggenggam tangan Akiko dan mengelusnya seperti hendak menidurkan seorang bayi. Akiko yang sebenarnya masih kesal tidak tega menarik tangan Andalas. Lagipula elusan lembut itu membuat dadanya berdebar aneh. Akiko merasakan ketentraman dan rasa bahagia.

Situasi menjadi tenang. Cecilia kembali tekun mengamati peta. Andalas beranjak menuju kokpit. Perkataan Akiko membuat langkahnya terhenti.

"Apakah aku boleh duduk di kursi kopilot? Aku ingin belajar instrumen pesawat dan melihat pemandangan di depan." Andalas mengangguk dan membiarkan Akiko yang tersenyum manis mendahuluinya ke kokpit.

Lian Xi yang benar-benar terheran-heran hendak menyela, tapi Cecilia menggamit dan berbisik lirih.

"Biarkan saja. Toh Andalas tidak perlu kopilot untuk menerbangkan pesawat ini bukan? Itu adalah persyaratan administrasi dari otoritas bandara supaya pesawat ini boleh terbang."

Lian Xi menghela nafas panjang dan duduk lagi menemani Cecilia. Belajar instrumen? Memangnya panel pesawat ini piano? Pemandangan di depan pesawat? Apa menariknya gumpalan-gumpalan awan yang tak habis-habis? Uh, dasar genit!

Cecilia mengulum senyumnya melihat ekspresi Lian Xi. Ini sebenarnya gawat. Mereka sekarang berubah seperti macan betina yang siap bertarung kapan saja memperebutkan cinta. Kasihan Andalas. Pasti dia ketakutan sekarang. Hahaha, pembunuh bayaran yang gemetaran karena dikejar oleh perasaan.

Di kokpit, Andalas memeriksa itinerary rute terbang. Dia harus berhenti di Amsterdam untuk menambah bahan bakar. Masih 8 jam lagi tapi dia harus segera menghubungi Luigi. Andalas hendak mengambil X-One yang tergeletak di sampingnya. Matanya beradu dengan mata berbinar Akiko yang juga sedang menatapnya. Andalas berubah kikuk tak tahu harus berbuat apa.

Akiko mengeluarkan senyuman yang dirasa paling manis miliknya. Maksudnya berterimakasih telah diberi kesempatan berdua saja di kokpit. Mengambil alih posisi Lian Xi yang menyebalkan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun