Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hikmah Tersembunyi Masa Pandemi

3 Juli 2020   08:22 Diperbarui: 3 Juli 2020   08:27 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa pandemi Covid-19 membuat roda kehidupan berputar lambat. Transportasi nyaris lumpuh, perekonomian luruh, dan kengerian serta ketakutan membuat keyakinan bahwa ini hanya sebuah siklus, hampir runtuh.

Tapi di balik semua itu ternyata juga menyimpan hikmah yang luar biasa atau blessing in disguise jika diidiomkan. Baik secara eksplisit maupun intrinsik. Salah satunya yang paling utama adalah bumi melakukan self healing atas luka-lukanya yang meruyak. Polusi udara berkurang siginifikan dan langit biru muncul di mana-mana.

Semenjak awal diharuskan bekerja dari rumah, dan itu berlangsung hingga nyaris 4 bulan, saya langsung menyitir otak saya ke dalam pemikiran sederhana. Selain bekerja secara daring, saya bisa memanfaatkan waktu yang seringnya habis di jalan untuk menjadi lebih produktif dalam menulis.

Bahkan Dwilogi novel yang saya besut dalam waktu 53 hari, terinspirasi dari situasi global critical ini. Novel pertama dari Dwilogi tersebut berjudul Serum Sesi Pandemi. Berjumlah total 410 halaman dan selesai ditulis dalam waktu 33 hari. Saya seolah masuk dalam situasi trance, novel kedua dari Dwilogi yang berjudul Serum Sesi Recovery berjumlah 485 halaman saya tuntaskan dalam waktu 20 hari.

Entah apa yang merasuki jiwa ini, saya tidak mau berhenti. Buku keempat dari Tetralogi Novel Kisah Air dan Api yang berjudul Cinta Sejati Air dan Api, saya lanjutkan kembali. Buku ini sempat mengalami kemandekan selama 2,5 tahun, dan kemudian berhasil saya selesaikan selama 25 hari dengan ketebalan buku 350 halaman.

Saya bergembira, tentu saja. Tapi saya merasa bahwa trance ini belum selesai. Saya harus membuat semuanya yang tertunda mestilah usai. Novel Reinkarnasi yang sempat vakum selama 1 tahun, saya mulai lagi sembari menuntaskan proof reading dari ketiga novel yang sudah selesai ditulis agar bisa segera naik cetak.

Selain itu saya sudah mencetak kuat-kuat di memori terdepan otak saya agar setelah menyelesaikan novel Reinkarnasi, memori itu mengingatkan saya untuk memulai Trilogi Kisah Mataram yang terdiri dari Fajar Menyingsing di Mataram, Terik Memanggang Mataram, dan Sandyakala Menjatuhi Mataram. Deretan novel fiksi yang saya harap bisa memanggil kembali ruh petualangan Agung Sedayu, Ki Ageng Gringsing dari Api di Bukit Menorehnya SH. Mintarja.  

Saya juga memerintahkankan memori saya untuk tidak melupakan Pentalogi Novel Negeri Tulang Belulang di mana baru buku pertama berjudul Bio Research yang telah diterbitkan. Jadi empat novel lagi hutang yang harus saya lunasi dari Pentalogi tersebut.

Saya banyak terinspirasi dari gaya tulisan 3 orang. Asmaraman S. Kho Ping Hoo, SH Mintarja dan Michael Crichton. Dari ketiga penulis besar itu saya sesungguhnya tidak merencanakan sedikitpun untuk berguru. Tapi karena novel-novel yang mereka tulis terpahat dengan dahsyat dalam labirin otak saya, maka semua itu menjadi satu dalam denyut nadi dan aliran darah sehingga secara otomatis, genre tulisan saya terpandu ke wilayah mereka.

Artikel ini saya tulis sebagian untuk berbagi kepada para pembaca, dan sebagian lagi adalah sebagai alarm peringatan bagi saya sendiri bahwa rak-rak almari buku itu harus lengkap terisi.

Jakarta, 3 Juli 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun