Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Disergap Lintasan Waktu

5 Juni 2020   18:17 Diperbarui: 5 Juni 2020   18:14 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Seorang perempuan, menabuh kenangan di tingkap matanya yang rapuh, lalu ditabuh oleh tatapan hujan yang runtuh. Di depan jendela yang terbuka. Setelah didorong oleh angin yang meronta. Pada sebuah senja yang kehabisan warna merah muda.

Perempuan itu, menyergap jalur terbang seekor kupu-kupu, lalu disergap oleh lintasan waktu. Ketika deretan masa lalu. Mengeja hurufnya satu persatu. Pada penghujung hari yang bergulir jatuh. Saat matahari telah kehilangan warna untuk disepuh.

Di depan pintu, ketika tak setitikpun rintik datang bertamu. Perempuan itu menyeduh segelas angan yang baru saja dilahirkan oleh awan. Tidak berupa hujan. Tapi setempayan kenangan yang berjatuhan.

Di bawah cahaya lampu, saat malam mulai memperdengarkan suara kegelapan yang ngilu. Perempuan itu menyamak guguran kembang sepatu. Untuk dijadikannya tilam pembaringan. Agar bisa membaringkan kerinduan.

Seperti dahulu sekali. Saat dia masih berkawan dengan segala rupa sunyi. Berbincang dengan penuh rasa percaya. Bahwa jikalau rembulan dan bintang masih ada. Maka tidak satupun asa yang bisa dipusara.

Bogor, 5 Juni 2020  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun