Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bertanya tentang Cahaya

6 April 2020   19:20 Diperbarui: 6 April 2020   19:13 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bersua dengan kegelapan
bertanya jawab dengannya
tentang cahaya

"tubuhmu akan lenyap bila menjumpai cahaya. Apakah kau membencinya karena adanya dia kau menjadi tiada?"

Gelap memperlihatkan wajahnya yang pudar karena rembulan melahap perlahan rona mukanya.
Tak sedikitpun ada nada sesal dari bisikannya yang dikirim melalui angin dingin yang merangkaki sudut malam dengan langkahnya yang diam.

"bagiku, cahaya adalah kekasih yang tak pernah menyatakan cinta namun selalu ada ketika aku merasakan diriku terlalu banyak membutakan mata orang-orang yang sedang mencari jalan pulang sehabis senja."

Di para-para langit, dari celah-celah mendung yang berdesakan di satu tempat, potongan tipis cahaya rembulan, menyeruak dan sampai di benak. Di sinapsis otak orang-orang yang menyatakan secara membabi buta bahwa kegelapan adalah ruang-ruang kejahatan karena bersemak rahasia dan banyak menumbuhkan onak.

Aku tak hendak lagi bertanya tentang cahaya
di hadapanku, kegelapan nampak kehabisan kata
bukan apa-apa
itu karena raut mukaku ikut bermuram durja
padahal aku baru saja
telah mencuri purnama

Bogor, 6 April 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun