Aku tidak menghindar dari percakapan. Saat aku memilih diam. Aku hanya kehabisan kata-kata. Semua kosakata habis terbawa gerbong kereta.
Kereta malam yang membawamu pergi. Ke tempat yang lebih baik dari kemarin. Kau bilang sedang dalam pencarian akan lusa. Menurutmu banyak sekali rencana-rencana terbaik yang masih terlunta-lunta. Karena ditelikung masa.
Masa silam membuatmu nyaris terluka, menyibukkanmu di masa kini membebatnya. Lalu masa depan, yang selalu memberimu harapan, atas berbagai kemungkinan. Terkadang hanya sekedar berbagi rahasia sederhana. Seperti apa cinta, bagaimana memperlakukannya, dan mengapa kau harus tetap menjadikannya sebuah rahasia.
Rahasia itu punya ketetapan;
1) Ia ada karena orang mesti mencarinya. Kemana-mana. Karena di situlah letak adrenalin. Yang menerbitkan rasa ingin.
2) Ia bertempat tinggal di kedalaman hati. Di ruang-ruang sempit tak berpintu. Hanya keluar melalui jendela. Yaitu ketika mata berhasil menemukan letak sandyakala.
3) Ia kadangkala merupa hujan, berwujud kerinduan, atau sekedar berbentuk kenangan. Sebagai hujan ia menyimpan rahasia pada musimnya. Sebagai kerinduan ia menyembunyikan rahasia hingga di pelupuk mata. Sebagai kenangan ia tinggal di beranda masa lalu yang berbahaya.
Itu saja.
Bogor, 26 November 2019