Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mimpi yang Terpelanting

14 November 2019   05:59 Diperbarui: 14 November 2019   06:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn-image.hipwee.com

Aku melihat punggungmu
berlalu
di lingkaran bola mataku yang menyerupai senja
pada sebuah mimpi yang sederhana
memperebutkan kata-kata
siapa yang lebih dulu jatuh cinta

Apakah langit terhadap senja,
atau malam kepada hitamnya?

Aku menyaksikan pipimu merebak
penuh onak
di sinapsis otakku yang berlabirin
pada sebuah mimpi yang sangat berangin
mempertengkarkan syair-syair kelu
mana yang paling bisa mewakili rindu

Apakah kesetiaan lumut kepada batu-batu,
atau panjang almanak terhadap sepotong waktu?

Aku menjadi saksi
di sebuah pagi yang sunyi
ketika kau melempar kerling mematikan
setelah semalam bersitegang
di lipatan mimpi paling membingungkan
siapa yang paling sanggup berderma cahaya

Apakah matahari yang membakar,
atau seekor kunang-kunang yang melepas cadar?

Mimpi-mimpi terpelanting, ke kanan dan kiri
menjumpai pagi
dalam segmen drama
yang diwakili oleh raut muka

Apakah hari ini, dimulai
dengan hati berperkara
atau sorot mata bersahaja?

Pontianak, 14 Nopember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun