Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penjara

12 November 2019   18:14 Diperbarui: 12 November 2019   18:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Ini semua cerita tentang penjara. Saya sengaja memenjarakan diri saya sendiri sore ini. Jerujinya saya pilih dari rintik hujan, kunci gemboknya saya pilih dari kenangan paling muram, dan ruang kecilnya saya kusamkan menggunakan kedaluarsanya beberapa harapan;

1) harapan untuk langit agar menumbuhkan bunga. Saya membayangkan betapalah damainya. Aroma wangi menguar ke penjuru semesta sehingga bau busuk dari pikiran buruk tak sempat menemukan jalannya.

2) harapan kepada bumi untuk membiarkan sungai-sungainya mengalir patuh terhadap gravitasi dan tidak membiarkan siapapun membelokkannya demi kota-kota yang terlanjur dehidrasi.

3) harapan terhadap lautan untuk menyusun ulang jadwalnya membadai supaya tidak ada korban berjatuhan dari para nelayan yang mencari makan dengan menjala sekeranjang ikan.

4) harapan pada gunung-gunung berapi untuk menunda mendidihkan kepundannya di saat para petani masih memperbaiki saluran irigasi. Tunggulah nanti ketika lumbung-lumbung sudah penuh terisi.

5) harapan bagi masa silam untuk tidak lagi memutar layar di langit-langit kamar sehingga para pengkhayal tak lagi jatuh dalam keputusan-keputusan yang berakhir gagal.

6) harapan hari ini tentang tungku-tungku dapur yang mendingin karena cuaca sangat berangin sehingga para pencari nafkah tertiup terbang melayang-layang. Lalu beranjak pulang dengan tatapan mata gamang.

Ini memang cerita tentang penjara. Saya enggan bersekutu dengan cuaca dan memilih untuk menyumpahinya. Saya lantas dipenjara di luar kehendak saya sendiri. Tanpa sempat lagi membela diri. Karena jerujinya terbuat dari bara, kunci gemboknya disepuh oleh jelaga, dan ruang kecilnya sangat pengap oleh sarang laba-laba.

Oh, astaga!

Pontianak, 12 Nopember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun