Lagi-lagi Raka terjajar mundur ke belakang. Tadi saat dia mencari jalan keluar bersama Bima, ketika dia mencoba menyusur setiap batu di dinding ruangan dan berharap menemukan kunci rahasia, mendadak sebuah hawa tidak nampak mendorongnya dengan keras dan membuatnya terpelanting ke belakang.
Begitu Raka mencoba kembali, hawa panas dan kuat itu mendorongnya lagi. Sampai pada usahanya yang ke sekian, Raka terjatuh dan menimpa Bima yang mencoba membantu menahan tubuhnya dari belakang. Tentu saja keduanya terjengkang bergulingan dan mengaduh kesakitan.
Suara gedebukan inilah yang terdengar oleh Dewi dari ruangan bawah tanah.
Raja mengrenyitkan kening melihat kejadian yang menimpa Raka dan Bima. Ada kekuatan aneh ikut campur tangan lagi. Dia tidak mau meninggalkan Dara yang masih pingsan. Bisa-bisa dia kecolongan lagi.
"Raka! Bima! Coba kalian pindahkan patung jelek yang ada di sudut ruangan sana! Pindahkan ke dekatku sini," Entah darimana ide itu berasal, tapi Raja menggunakan intuisinya dan merasa itulah yang semestinya dilakukan.
Tanpa banyak bertanya, Raka dan Bima mengerjakan perintah Raja. Keduanya menuju sudut ruangan tempat patung berada. Patung itu lumayan berat jadi mereka mengangkatnya harus berdua. Meletakkannya di hadapan Raja yang lantas memandangi si patung tanpa berkedip.
"Kalian terus cari jalan keluar. Aku yakin sekarang kalian tidak akan terganggu," Raja berkata sembari melihat gelagat si patung.
Antara bingung dan ingin tahu, Raka dan Bima kembali menelusuri setiap dinding dan lantai batu berusaha menemukan pintu rahasia atau apapun yang bisa mengeluarkan mereka dari ruangan aneh ini.
"Aaah! Apa ini?!" Raka setengah berteriak sembari berjongkok memungut sesuatu dari lantai di sudut ruangan yang lain. Dilambaikannya sebuah saputangan ke teman-temannya.
"Itu...itu saputangan Dewi!" setengah meloncat Bima mendatangi untuk memastikan.