Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reinkarnasi (Bab 26)

20 September 2019   15:42 Diperbarui: 20 September 2019   15:47 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sungoddess_by_aleah777

Bab 25

Hoa Lie membuka matanya. Tubuhnya terasa sakit semua. Pertarungan melawan Leak dan kematian Feng Siong mengurasnya secara fisik maupun psikologis. Wanita ini tidak menyangka petualangannya di negeri asing ini ternyata cukup mematikan. Dia membunuhi orang dan orang membunuh rekannya. Untung saja suhunya datang menyelamatkan. Suhu!

Hoa Lie melompat bangun. Memperhatikan sekitar. Dia berada di kamar besar sebuah hotel jika melihat dari perabotnya. Meskipun tidak mengalami luka serius, namun keletihan ini benar-benar membuatnya lemas. Di manakah gurunya?

Gurunya suka sekali meditasi. Pasti dia ada di suatu tempat yang paling tenang di gedung ini. Hoa Lie tidak memperdulikan bahwa kepalanya sakit dan tubuhnya masih lemah. Terlalu banyak pertanyaan di kepalanya saat ini.

Termasuk kenapa tiba-tiba suhunya menyusul ke Bali? Menyelamatkannya dari serangan mengerikan Leak-leak haus darah tepat waktu? Buku kecil lusuh apa yang diambil suhunya dari Bli Gus Ngurah? Dan sederet pertanyaan lagi yang akan membuatnya semakin sakit kepala jika tidak menemukan jawabannya.

Ternyata ini bukan hotel. Hoa Lie berada di sebuah rumah besar yang mewah dengan banyak perabotan mahal dan antik. Hoa Lie bisa menebak ini rumah siapa tapi itu tidak penting sekarang. Suhunya harus segera ditemukan. Lalu apakah jenazah Feng Siong sudah diurus dengan baik? Tanpa sadar Hoa Lie memijit keningnya.

Hoa Lie terus mencari-cari. Ketemu! Seorang lelaki tua sedang duduk bermeditasi di atas rumput halaman belakang yang sedang dihamburi cahaya matahari pagi. Astaga! Sudah pagi rupanya. Hoa Lie ingat dia bertarung habis-habisan di tempat Bli Gus Ngurah pada saat malam hari.

Lelaki tua itu tetap memejamkan matanya meski langkah kaki Hoa Lie cukup keras menapak di batu-batu taman. Hoa Lie bersimpuh diam di depan suhunya. Tidak berani menganggu. Suhunya ini orang tua yang cukup pemarah kepada murid-muridnya.

Untuk beberapa saat, hening menjadi raja. Hoa Lie dengan sabar menunggu suhunya membuka mata sambil juga melakukan meditasi untuk meredam gejolak adrenalin yang membakar jiwanya. Hoa Lie mulai hanyut dalam meditasi yang dalam.

"Aku sudah mendapat 1 bagian manuskrip Hoa Lie. Pergilah ke daerah Bogor di pinggiran Jakarta. 1 bagian lagi ada di sana. Bagian terakhir nanti kita akan mencarinya bersama-sama," suara pelan dan berwibawa itu sanggup menusuk langsung kesadaran Hoa Lie yang sedang tenggelam dalam kolam meditasi yang tenang.

Hoa Lie tersadar dan menjura,"baik suhu. Apalagi yang perlu murid kerjakan di sana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun