Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Kelelawar Pemangsa)

15 September 2019   11:15 Diperbarui: 15 September 2019   11:35 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desi Suyamto's Properties

Sebelumnya

Ran tergesa-gesa meraih pegangan demi pegangan, pijakan demi pijakan. Suara gemuruh di belakangnya memompa adrenalin hingga level tertinggi. Ran tidak tahu seberbahaya apa hewan pengerat yang bisa terbang itu, tapi firasatnya mengatakan lebih baik dia cepat-cepat menghindar.

Pendakiannya belum tiba di ujung lubang keluar, namun sekarang dia sampai di sebuah ceruk yang cukup landai dan agak luas. Suara gemuruh di belakangnya sudah semakin lirih. Kelelawar-kelelawar aneh dan mengerikan itu rupanya tidak melanjutkan pengejaran.

Cahaya! Ya, cahaya mungkin menakuti mereka. Ruang ini cukup banyak dimasuki cahaya dari luar. Meskipun sebenarnya masih cukup remang-remang di penglihatan manusia seperti dirinya. Ran bernafas sedikit lega.

Namun helaan nafasnya langsung tercekat seketika. Di ruang yang tidak seberapa luas itu, mata Ran menangkap banyak sekali tumpukan tulang belulang. Dari berbagai macam binatang kecil dan besar. Kelinci, burung, kijang, bahkan sebuah tumpukan tulang yang kelihatannya baru adalah tulang harimau! Harimau raksasa yang pernah ditemuinya di pulau Tulang Belulang. Gila!

Wah, semua binatang ini dimangsa oleh kelelawar yang mengejarnya tadi. Untunglah dia cepat melarikan diri. Ran bergidik, tidak terbayang sama sekali jika sampai dia tertangkap oleh sekawanan kelelawar liar dan buas tadi. Kembali tengkuk Ran meremang sejadi-jadinya.

Dia harus segera bergegas. Lubang keluar di atas itu cukup besar namun masih cukup jauh. Ran tak mau melewatkan malam di lubang kuburan ini. Belum lagi membayangkan bahwa bisa saja Pasukan Kematian telah menunggunya di atas. Ran menguatkan tekat untuk mengalahkan kelelahan yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Pendakian kali ini tidak terlalu curam. Ran hampir sampai di mulut lubang saat didengarnya suara riuh dan gaduh di atasnya. Ran memepetkan tubuhnya ke dinding lorong gua. Dia jelas tidak mau keluar selama belum memastikan apa yang menyebabkan suara riuh dan gaduh itu. Ran mengintip pelan-pelan.

Hah?! Jantung Ran berdegup kencang. 2 orang dari Pasukan Kematian sedang bertarung melawan seekor beruang berukuran tidak normal. Beruang raksasa yang nyaris 3 kali lipat ukuran aslinya!

2 orang itu pasti sedang mencarinya saat kemudian bertemu dengan binatang raksasa itu. Ran berpikir keras. Dia terjebak dalam situasi yang sama sekali tidak menguntungkan. Di bawah, gerombolan kelelawar pemangsa siap memakan dirinya sambil menunggu kegelapan datang. Di atas, Pasukan Kematian yang bengis dan kejam mencarinya untuk ditangkap atau lebih parah lagi, dibunuh!

Kalaupun beruang raksasa itu bisa mengalahkan Pasukan Kematian, Ran juga bingung bagaimana cara melarikan diri dari binatang sebesar dan sekuat itu. Seandainya ada Cindy. Tentu gadis itu bisa mengatasi mereka semua. Gadis itu telah berubah menjadi senjata paling mematikan. Mengerikan, tapi paling tidak dia masih teman baiknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun