Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ambigu!

24 Agustus 2019   08:55 Diperbarui: 24 Agustus 2019   08:59 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di setiap mata lelaki
tumbuh taring sepanjang lima inci
bila melihat kecantikan pagi, seperti ini
Ia akan tega melahap setiap embun
dengan tatapan seorang pelanun
Ia akan menyesap remah cahaya matahari
dengan kerakusan seorang pencuri
karena bagi si lelaki
pagi adalah kekasih yang tak pernah bisa berhenti dicintai

Di setiap benak lelaki
tercantum bermacam pengumuman
mengenai kedatangan hujan, besarnya keinginan, dan megahnya pertunjukan
saat nanti hujan tiba membawa pesan-pesan romantis
lalu menabuh genderang keinginan sekuat para ilusionis
kemudian mengadakan pertunjukan di panggung retoris
Ia lantang berbicara tentang cinta
Ia gamang setelah terlalu banyak bicara
Ia pulang dengan gamang bersama tanda tanya sebesar amuba

di manakah Ia harus meletakkan hujan jika cawan-cawan telah penuh dengan kemarau?
apakah Ia harus membuang sebagian keinginan agar musim dan cuaca tak lagi risau?
atau mestikah Ia selalu menunggu sampai semua diatur sempurna oleh waktu?
sementara rindu sungguh tak bisa dipaksa untuk gagu?

ambigu!

Bogor, 24 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun