Jadi mesti bagaimanakah? Apakah judul harus dibuat sebombastis mungkin?
Menurut saya, tidak. Rumusnya saya kira sederhana saja. Buatlah judul yang bersifat presisi, anti teori, dan berjanji.
Presisi; judul harus diusahakan sesuai dengan isi. Jangan lari dari kisah karena di ujung tulisan para pembaca kemungkinan akan mengrenyitkan dahi sembari membaca judul itu lagi. Kok judulnya begini?
Anti teori; yang saya maksud dengan anti teori adalah tidak membuat judul secara normatif karena ini adalah karya fiksi. Bukan jurnal ilmiah atau thesis maupun disertasi. Saya menyebutnya judul yang bermisteri. Seolah-olah pembaca dibuat penasaran di depan dengan pertanyaan; wah, judulnya ngeri! Apa iya isinya juga menarik hati? Nah, paling tidak 50% kita sudah berhasil menggenggam minat baca dari pembaca.
Berjanji; sebuah judul sebenarnya adalah semacam janji seorang penulis kepada pembacanya. Janji untuk membawa pembaca ke sebuah wilayah imajinasi yang liar, brutal, dan malah terkadang binal. Tak apa, semesta fiksi terkadang sulit untuk dibuatkan garis demarkasi. Sebuah garis perdamaian dunia nyata dengan ilusi.
Akhirnya
Saya tidak mencoba mempengaruhi siapapun untuk pada akhirnya terpaku pada pembuatan judul, lalu menghabiskan waktu beberapa lama hanya untuk mencarinya. Risiko terbesarnya, tulisan bisa saja tertunda.
Apabila secara cepat berhasil membuat judul sesuai kriteria aneh saya tadi, segeralah menulis. Jika ternyata terperangkap kesulitan membuat judul di awal, tulis sajalah terlebih dahulu. Anutlah gaya gravitasi. Mengalir, menikung, terjun bebas dan seterusnya. Setelah usai, barulah mulai melamunkan apa judul yang paling pas dan pantas.
Puas?
------
Maaf bukan ingin menggurui, anggap saja ini catatan kaki
Jakarta, 1 Juli 2019