Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gulungan Waktu yang Enggan Berlalu

24 Mei 2019   03:56 Diperbarui: 24 Mei 2019   04:03 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di saat saya begitu sibuk mencari pengganti kata rindu, agar dunia tidak tahu bahwa saya sedang menyaru, menyamar menjadi debu agar bisa menutupi segenap kelu dari syiar perjalanan masa lalumu, kamu malah terdiam laksana syair-syair yang bersajak tentang batu. Tak hendak bergerak, tak mau beranjak. Katamu, lebih baik aku selamanya menjadi arca, daripada harus begitu banyak mengungkap rahasia. Bagiku, rahasia masa silam adalah jenazah busuk dalam kuburan. Jangan digali untuk kemudian kembali dimakamkan. Itu menyakitkan.

Saya sungguh tidak mempercayai betapa kamu sedingin itu. Persis seperti musim salju, masa lalumu menggelundung dalam satu kepalan, sepanjang perjalanan kemudian nyaris sebesar rembulan. Bertiwikrama, meraksasa di antara mengubannya rambut di kepala.

Sejujurnya, saya ingin mengajakmu menonton pertunjukan wayang. Saya ingin tahu pendapatmu tentang Rahwana, Dewi Shinta, dan Hanoman. Apakah menurutmu Rahwana adalah sosok angkara yang begitu murka terhadap cinta? Apakah Dewi Shinta adalah seorang wanita yang begitu kukuh memegangi panji dan janji asmara? dan Hanoman adalah sosok yang dirindukan sebagai pahlawan penyelamat dunia?

Saya sama sekali tidak terkejut ketika kamu bilang Rahwana adalah lelaki sempurna yang menempatkan cinta sebagai mahkota, Dewi Shinta adalah seorang wanita yang terjebak tak bisa keluar dari kerumitan rasa, dan Hanoman adalah penjelmaan paripurna apa yang disebut hitam putihnya dunia.

Seusai pertanyaan dan jawaban, saya kembali menelisik sejauh apa kamu menyingkir dari masa lalu. Apakah justru dengan rasa rindu, atau tetap mengelabuhinya dengan mengatakan semuanya tak lebih dari gulungan waktu yang enggan berlalu.

Jakarta, 24 Me 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun