Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tentang Asa yang Diperbolehkan Pulang

10 Mei 2019   03:10 Diperbarui: 10 Mei 2019   23:59 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku yakin saat ini kau sedang berenang dalam mimpi. Karena tadi kita sempat berbicara berapi-api bagaimana cara agar tidur malam ini tidak disesaki oleh sunyi. Kau bilang lebih baik menyatukan diri dengan bintang-bintang, daripada harus mengendarai kenyataan tapi ternyata itu menyakitkan.

Bawalah aku dalam mimpimu yang bergelombang. Aku adalah lautan luas bagi pengharapanmu yang seringkali kandas. Kau boleh menaiki perahu paling rapuh yang kau rakit dari sebanyak-banyaknya peluh. Aku tidak akan menyakitimu dengan badai. Karena aku telah memutuskan untuk menjadi pantai yang paling landai.

Saat kau merasa sudah cukup lama menidurkan mata, sementara benakmu terus saja memilih kata dan memilah makna, aku akan menjadi halaman demi halaman yang terbuka agar di pagi saat terjaga kau bisa menuliskan sajak-sajak tentang harapan yang tak bisa menua karena dijaga oleh hati yang sigap menyembuhkan lukanya.

Atau jika kau belum merasa cukup untuk merenangi mimpi demi mimpi, sedangkan puncak dinihari lebih dahulu memperingatkanmu dengan alarm bertalu-talu, aku akan menjadi sinyal mercusuar yang dipenuhi lampu agar kau tak tersesat dalam dugaan bahwa senyap telah benar-benar menghilangkanmu dalam lenyap.

Sekarang giliranku mengurung diri di bawah atap yang gelap. Menunggumu membangunkanku dengan kecupan hangat melalui semilir angin yang lewat. Sesudah itu, kita bisa mulai lagi berbincang-bincang. Tentang berapa jumlah asa yang telah diperbolehkan untuk pulang. Tidak lagi dibiarkan merantau dengan perasaan gamang.

Jakarta, 9 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun