Kendatipun rindu adalah salah satu pemangsa puncak dalam rantai waktu, namun tak ada sedikitpun terselip niatku untuk menyamakan diri dengan elk atau rusa yang selalu dikejar-kejarnya untuk diburu. Elk dan rusa yang dianalogikan menjadi kehilangan dalam rasa duka dan lara. Sebagai mangsa.
Sekalipun rindu adalah ornamen cinta paling utama, tapi tak mau aku melukis kolase dan menyusun origami demi memperbaiki sebuah katastropi hati. Aku akan membiarkannya berdiam dalam jantung. Aku hanya perlu untuk tidak jatuh dalam murung.
Walaupun rindu berubah menjadi hujan dan mengurungku dalam rumah yang sepi, tak hendak aku menabuh genderang peperangan untuk menolak hujan. Aku hanya perlu mengganti atapku dengan anyaman daun Ara. Sehingga rindu tahu pahit itu seperti apa.
Meskipun rindu coba mengancam melalui keheningan yang mencekam, aku akan tetap diam di serambi dan menuliskan sajak-sajak yang diriuh rendahi suara malam. Lalu aku akan membacakannya keras-keras. Supaya rindu lantas menjadi kebas.
Di titik itulah aku bisa menaklukkan rindu. Walaupun aku tetap tak sanggup untuk melupakanmu.
Jakarta, 11 Maret 2019