Jika kau sempat menempuh perjalanan. Antara tembilahan dan pelangiran. Kau akan menemui burung-burung elok yang sayapnya direndam sungai-sungai seronok. Sembari berebutan kecipak dengan ikan-ikan terbang
Bila kau hendak menyinggahi hutannya, bertabiklah terlebih dahulu. Di situ wilayah kerajaan harimau. Raja hutan yang minggir karena tersingkir. Kaisar rimba yang tergelincir di tanah-tanah miliknya sendiri yang dikolonialisasi para pelanun pandir.
Manakala kau bertemu denganku di sini. Jangan sampai kau lupa padaku. Aku selegam malam. Aku semalam hitam. Hatiku, sekuat debur ombak Teluk Lanjut. Menerjemahkan sekian banyak luput. Yang aku buat dengan sengaja. Atau dengan beragam dalih lupa.
Perahu-perahu kayu bersliweran. Meninggalkan jejak-jejak asap yang mensiluetkan banyak cerita. Ketika kerajaan Siak Sri Indrapura masih berkuasa. Mengirimkan hulubalangnya kemana-mana. Menaklukkan selat dan memeluk teluk. Di bawah naungan kubah-kubah mesjid istana. Mendengarkan para muadzin bersuara istimewa.
Kalau kau pernah membayangkan seperti apa semenanjung Guntung memberikan rasa syukur dan menghidupkan ribuan pokok nyiur. Bayangkanlah kau duduk di turap-turap nipah tepian kali. Saat angin tenggara mengijinkan mimpimu tertidur di sini.
Teluk Lanjut, 19 Februari 2019