Di hati ini terletak musium paling tua yang memajang begitu banyak gambar-gambar usang di dindingnya yang sangat buram. Dengan penerangan yang suram, gambar-gambar itu merefleksikan bayang-bayang samar dan muram.
Kemuraman yang mengundang kedatangan hujan. Hujan adalah satu-satunya pengasuh paling berpengaruh terhadap kurasi arti dari gambar-gambar yang lebih banyak memainkan sketsa sepi.
Di rongga dada ini tersimpan ribuan memori yang pada masing-masingnya tercetak kode-kode yang menggolongkan dirinya ke dalam platform manis, tragis dan melankolis.
Memori yang manis adalah ketika hujan gerimis menyalami kita yang sedang berusaha tertawa tergelak-gelak di beranda. Mentertawakan cerita romantika dari para kekasih yang melegenda cintanya.
Memori yang tragis menyeruak ganas seperti harimau betina sedang beranak yang berperangai buas. Melahap kesenangan secara brutal. Lafal-lafal cinta lantas berujung anfal.
Memori yang melankolis terjadi saat kita meredam ratapan dan tangis yang menyertai tragedi atas nama cinta yang berhuru-hara lantas menciptakan pemberontakan terhadap takdirnya. Sia-sia.
Kita berada di platform perjalanan cinta. Sama persis halnya dengan keberangkatan menggunakan kereta berada di jalur mana.
Bogor, 26 Januari 2019