Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

12 Januari 2019   23:17 Diperbarui: 13 Januari 2019   01:00 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Datuk Rajo Bumi berdehem pelan,

"lanjutkan pencarianmu muridku...hmmm...aku akan menghajar dua pengacau cilik ini.."

Tubuh tokoh sesat sakti ini berkelebat ke depan menerjang Dewi Mulia Ratri dan Arawinda secara bersamaan.  Angin pukulan yang terasa menusuk nusuk mendahului serangan yang mematikan ini.

Arawinda dan Dewi Mulia Ratri menyambut serangan dengan cekatan.  Mereka tahu, kakek ini mempunyai kemampuan luar biasa yang masih di atas mereka.  Oleh karena itu, keduanya langsung saja memainkan jurus jurus pukulan ajaib yang diajarkan oleh Si Bungkuk Misteri.  Arawinda mengerahkan Aguru Bayanaka sedangkan Dewi Mulia Ratri memainkan Gempa Pralaya.

Datuk Rajo Bumi bersuit kaget menghadapi pukulan pukulan hebat dua gadis muda ini.  Tapi sekaligus juga gembira.  Ada lawan tanding yang setara pagi pagi begini membuat semangatnya berlipat lipat. 

"Wah! Wah!...Si bungkuk bangkotan rupanya telah menemukan murid murid yang cocok untuk ilmu ilmunya....hahahaha...."

Kakek ini sepertinya berkata mengejek, namun sesungguhnya dalam hati dia tahu.  Ini bukan main main.  Kedua ilmu pukulan langka ini luar biasa hebat.  Untung saja kedua gadis muda ini belum secara sempurna menguasai.  Jika sudah, tentu saja dia akan sangat kerepotan melayani mereka berdua sekaligus.

Arawinda dan Dewi Mulia Ratri paham sepenuhnya bahwa yang mereka hadapi kali ini adalah seorang sakti luar biasa yang mungkin hanya satu atau dua orang saja di dunia persilatan ini yang dapat menghadapinya.  Meski mereka menguasai ilmu ilmu yang tiada tandingan, tetap saja keduanya perlahan lahan mulai terdesak.  Jika saja mereka sudah sempurna menguasai, tentu jalannya pertarungan akan lain.

Sementara Datuk Rajo Bumi sedang menahan Arawinda dan Dewi Mulia Ratri, Putri Anjani telah berada di dalam kapal tua yang tidak terlalu besar namun masih kelihatan kuat meski sudah ratusan tahun terpendam di dasar laut Ngobaran.  

Matanya diedarkan ke sekeliling.  Ruangan kapal ini dipenuhi lumut dan karang.  Lantainya sangat basah dan licin.  Berbeda dengan dua kapal sebelumnya, kapal yang ini terlihat lebih mewah dan lengkap.  Kapal yang paling besar tadi hanya berisi peti peti berisi senjata dan perlengkapan para prajurit.  Kapal yang kedua dipenuhi oleh peti peti kayu yang berisi perhiasan mahal, keping keping emas dan perak. 

Putri Anjani berfirasat ini adalah kapal sang pemimpin Lanun Samudera.  Dan memang jalan pikiran Putri Laut Utara ini benar adanya.  Pemimpin Lanun Samudera tidak pernah menggunakan kapal yang paling besar sebagai tempatnya memimpin gerombolan bajak laut.  Dia lebih memilih kapal yang lebih kecil namun jauh lebih kuat dan jauh lebih lincah.  Tidak heran jika kapal ini jauh lebih mewah dibanding dua kapal lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun