Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi yang Satir

30 Desember 2018   16:33 Diperbarui: 30 Desember 2018   17:00 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Embun membuang muka, lalu bunuh diri setelahnya
tak tega melihat pagi
diperlakukan sebagai uji coba
apakah hari ini berbahaya, atau baik-baik saja

Luruhan daun kamboja, enggan menguarkan wangi misteri
tak sanggup melihat pagi
dimakamkan begitu saja
di mata orang-orang yang memilih terpejam, melanjutkan mimpi semalam

Kabut tercerabut dari tempatnya, menguap ke angkasa tanpa mewariskan apa-apa
tak mau melihat pagi
dijadikan tersangka
oleh ketergesaan, orang-orang yang terburu-buru berburu waktu

Tanah-tanah yang kedinginan, menutupi gigilnya dengan panas matahari
tak mampu melihat pagi
diabaikan, lalu dikafani tanpa kabar
demi perkara-perkara dunia yang cuma sebentar

Pagi yang satir
membuat kita berpikir
tak selayaknya kita menjadi begitu pandir
lalu begitu saja membuat hari dimulai dengan getir

Jakarta, 30 Desember 2018
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun