Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

30 Desember 2018   13:12 Diperbarui: 30 Desember 2018   13:25 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bab V

Cinta sejati tak pernah pudar tertelan masa
Cinta sejati tak bisa buyar hanya karena lupa dan alpa
Cinta sejati tumbuh di antara bunga
Cinta sejati tidak tumbuh di antara batu dan bata
Cinta sejati turun sebagai cahaya bulan
Cinta sejati bersedekah terhadap kehidupan
Cinta sejati selalu bercerita tentang manfaat dari sebuah kekhilafan

Bab VI

Ibu kota Galuh Pakuan.  Andika Sinatria dan Dewi Mulia Ratri telah kembali ke ibukota kerajaan.  Membawa tawanan berharga Tiga Maut Lembah Tengkorak yang bisa menjadi kunci dalam memecahkan misteri kerajaan Lawa Agung yang dipimpin oleh Panglima Kelelawar. 

Dewi Mulia Ratri merasakan kehidupannya berubah sejak Alka Awahita ada di sampingnya. Gadis ini merasa hidupnya menjadi lengkap.  Alka membuatnya sangat bahagia.  Pagi ini bahkan sejak matahari belum terbit, Dewi Mulia Ratri sudah disibukkan dengan mengurusi Alka.  Memandikan, memberi makan dan bercanda.  

Mungkin karena telah mengalir dalam darahnya untuk mengasihi anak anak, Alka menjadi sangat nyaman berada dalam pelukan Dewi Mulia Ratri. Bayi mungil itu cepat sekali terlelap jika berada dalam pelukan gadis cantik itu. 

Siang ini, Dewi Mulia Ratri harus mendampingi Andika Sinatria untuk mengorek keterangan dari Tiga Maut Lembah Tengkorak.  Tiga tokoh sesat Lawa Agung itu sudah menjalani pengobatan dari tabib istana. Luka luka dalam yang diperoleh saat bertempur melawan Andika Sinatria dan Dewi Mulia Ratri sudah hampir pulih sepenuhnya. Terdapat aturan kerajaan yang menyebutkan, tidak boleh menyiksa pada saat pemeriksaan. Jika ada tawanan yang terluka, harus disembuhkan terlebih dahulu sebelum diperiksa. 

Setelah memastikan Alka tidur dengan nyenyak, Dewi Mulia Ratri bergegas menuju ruang tahanan istana.  Andika Sinatria sudah menunggu di sana bersama Ki Mandara, Pangeran Bunga dan Panglima Candraloka. Dewi Mulia Ratri menyapa semua yang hadir dengan sopan, kemudian duduk bersama mereka.  Di hadapan mereka tiga orang tawanan duduk. Lengan mereka lunglai karena ditotok oleh Andika Sinatria agar tidak memberontak. 

Pemeriksaan berlangsung cukup lama.  Tiga Maut Lembah Tengkorak awalnya tutup mulut. Tak sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Melihat hal ini, Pangeran Bunga menjadi tidak sabar. Tubuhnya melesat ke para tawanan dan tangannya bergerak dengan cepat.  Tubuh ketiga orang itu menegang sejenak, lalu sejurus kemudian kerenyit kesakitan tampak di wajah wajah yang kejam itu.  

Andika Sinatria tidak sempat mencegah, pangeran ini menoleh kepada gurunya. Ki Mandara hanya mengangguk kecil.  Sedangkan Panglima Candraloka hanya diam tanpa sepatah katapun terlontar.

Hanya Dewi Mulia Ratri yang kelihatan kesal melihat perbuatan Pangeran Bunga lalu maju ke depan untuk membebaskan pengaruh totokan di syaraf yang menyakitkan tersebut. Pangeran Bunga berniat mencegah namun Dewi Mulia Ratri bertolak pinggang menantang pangeran itu. Setelah dilihatnya Pangeran Bunga mengurungkan niatnya, Dewi Mulia Ratri kemudian menghadap tiga tawanan tersebut sambil mengebutkan lengan bajunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun