Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renaissance Digital

10 Desember 2018   01:49 Diperbarui: 10 Desember 2018   02:44 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Buku digital mengoyak membran kepalamu ke dalam ide-ide nakal. Kau berniat menjadikan dunia lebih dari sekedar ruang kecil tempat orang bertukar pikiran binal.

Koran-koran adalah masa lampau yang dibatasi pagi berbau ether. Kini kau bisa menengok esok hari hanya dengan menekan tombol enter.

Dengan mudahnya kau membuat gila orang-orang waras yang kecanduan informatika. Dengan cara-cara yang bahkan kau sendiri tidak menyadari akibatnya apa.

Semua uang kau simpan dalam serat tak kasat mata. Berlarian dalam kabel optik menuju tempat-tempat yang menawarkan bunga.

Obat-obatan tempat kau mengeluhkan rasa sakit. Dikuasai raksasa-raksasa pelit. Yang menjual setiap potong jiwa di dalam tabung-tabung reaksi tempat percobaan mereka. Tak peduli apakah itu menyembuhkan atau malah makin membuat meruyaknya luka.

Dunia mengecil bukan tanpa sebab akibat. Semua bermula dari otak pintar yang merasa sudah waktunya zaman dipercepat. Hingga tingkatan gawat.

Dan kita semua terkurung dalam kotak tanpa batas yang terkadang membuat kita heran apakah kita sedang menjalani kenyataan yang sepi atau berada di dunia fiksi.

Entah kelak berhasil atau gagal. Percaya atau tidak kita memasuki pintu gerbang renaissance digital.

Yang terlalu brutal!

Jakarta, 9 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun