kita sempat berucap tak pantas kepada langit yang pias
kita bilang dengan sarkas
;tubuhmu yang biru tak lebih dari bekas ladang kapas
lantas kita meminta maaf dengan menadah setiap titik hujan
langsung ke dalam kepala kita yang terlalu banyak berisi alasan
kita dipahamkan oleh kesadaran yang sedikit
hujan itulah kapas-kapas yang dipanen dari langit
kita juga seringkali mengacuhkan sunyi
menuduhnya sebagai pengacau paling mumpuni
atas segala rusuh
di hidup kita yang selalu dibunuh keluh
lalu kita menyesal
sesungguhnya sunyi belum tentu menjadi aral
bagi kita yang lebih sering memutuskan bersembunyi
dari segala macam ilusi yang kita gambar sendiri
dari semua kata sarkas dan kejadian rusuh
kita adalah majikan yang bermulut terlalu gaduh
Jakarta, 9 Desember 2018