Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mempercayai Rasa Asin

9 Desember 2018   19:20 Diperbarui: 9 Desember 2018   19:22 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di antara riuh rendah yang menisbikan rasa pasrah, kita sama-sama berserah. Menjadi tua bahkan sebelum waktu menyeret dalam kepastian usia.

Di sela-sela kerimbunan kota yang menanami kepala kita dengan bibit kericuhan. Kita sengaja tenggelam tanpa scuba. Menyimpan nafas sekuatnya dengan bantuan ruh kata-kata dari bahasa malam yang mencintai kegelapannya.

Sungguh percuma. Tak akan ada artinya. Apabila kau menyalakan diri tidak menggunakan api. Apalagi kau menolak kebaikan hati matahari. Kau akan tetap sedingin jenazah angin yang mati di ruang hampa. Sama sekali tidak nampak baik-baik saja.

Dan di saat kita bersengketa dengan kesia-siaan yang memperlihatkan wujud aslinya, kau terlihat sangat ketakutan. Bagimu itu seperti rindu yang bermatian. Bagiku itu tak lebih dari ruang-ruang rencana yang berusaha keras mencari hasilnya.

Kau memang belum tahu apa-apa. Namun selalu memutuskan untuk tak percaya.

Sekarang kita menghela sampan tapi bukan di lautan. Kita sedang mencoba mempercayai rasa garam.

Untuk menghilangkan berkuasanya rasa hambar dalam perasaan.

Jakarta, 9 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun