Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api-Lahirnya Air dan Api

4 Desember 2018   14:59 Diperbarui: 5 Desember 2018   09:16 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa dibayangkan betapa pentingnya orang yang sedang mereka satroni sekarang.  Hingga empat orang tokoh penting Mahapatih Gajahmada harus turun langsung menghadapinya.  Keempatnya sekarang membentuk formasi melingkar di sekitar rumah agar tidak ada kesempatan melarikan diri bagi penghuninya.

"Arya Prabu!! Keluarlah!...Kisanak sudah terkepung! Tidak ada gunanya melawan atau melarikan diri.  Kami utusan dari Mahapatih Gajahmada ditugaskan untuk membawamu hidup atau mati!"

Dyah Puspita mengeluarkan peringatan dengan suaranya yang melengking tinggi.

Terdengar gerakan dari dalam rumah. Seperti seseorang sedang berkemas dengan cepat dan tergesa gesa.

"Brakkkk.....Blaarrr....."  Atap rumah jebol dan melesatlah sesosok bayangan tinggi dengan menggendong sesuatu di punggungnya di atas atap.  Melihat ke sekeliling dengan penuh kewaspadaan. Tangan kanannya memegang sebuah tongkat berwarna keemasan.

"Hmmm...Dyah Puspita.  Aku sudah lama mengenal dan sangat menghormati ayahmu.  Kenapa kau harus datang ke rumahku dan membawa begundal-begundal hitam ini?  Seandainya kau datang sendiri, mungkin aku masih bersedia berunding dengan damai."

Laki laki yang dipanggil Arya Prabu itu berkata dengan lantang.  Berumur hampir setengah baya.  Berperawakan tinggi kurus dan terlihat berwibawa.  Tongkatnya yang berwarna keemasan menyala terang karena Arya Prabu sedang mengerahkan aji kanuragannya.

Dyah Puspita agak bergidik melihat tongkat itu.  Dia tahu bahwa yang dihadapinya ini bukanlah orang sembarangan.  Arya Prabu adalah keluarga kerajaan Majapahit.  Bekas pimpinan Sayap Sima dua puluh tahun yang lalu dan dijuluki Sima Agung.  Sepupu dari Raja Majapahit yang sejak lama memang tidak pernah patuh dan tunduk terhadap aturan kerajaan karena tidak setuju dengan adanya beberapa tokoh hitam ikut bergabung dalam Sayap Sima.

Dyah Puspita menoleh kepada tiga orang yang sudah bergabung dengannya dan berkata;

"Paman bertiga, kita diminta untuk mencari dan menangkapnya hidup hidup jika bisa.  Harap paman bertiga ingat itu."

"Aku tidak peduli dia tertangkap hidup atau mati," dengus Aswangga pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun