Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunga Kopi dan Pemakaman Malam

18 November 2018   21:08 Diperbarui: 18 November 2018   21:11 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

mungkin aku perlu mengambil sedikit lumut. Dari nisanmu, Ibu. Supaya aku bisa mencampurnya dengan bubuk kopi dari Malangsari. Tempatmu dulu membawaku melihat musim bunga kopi pertama kali.

aku akan meneguknya berulangkali. Penuh satu kuali. Aku ingat, hanya dari satu kali tatapanmu yang menyengat. Aku mampu mengguncang mimpi. Menjadikannya mainan. Hanya sayangnya begitu mudah aku lepaskan.

mungkin aku harus mengikis sedikit rumput. Dari tanah tempatmu terbaring, Ayah. Agar aku bisa menandai setiap kisah hebat. Yang dulu setiap malam selalu kau tambat. Aku tak lupa, hanya dari pandanganmu yang seolah menjelajahi waktu. Aku bisa menulisi batu. Dengan sajak-sajak gagu.

aku akan menanam ulang rumput itu. Di halaman rumah yang selalu kehujanan. Tempatku memakamkan malam. Dalam upacara singkat yang dihadiri rembulan.

Bogor, 18 Nopember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun