Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Pada Ujung Lidah Siapa

15 November 2018   03:35 Diperbarui: 15 November 2018   04:52 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: pixabay.com

Menziarahi hati yang telah lama mengubur dirinya sendiri. Di pemakaman yang tak bisa ditebak usianya. Mungkin berwindu yang lalu seusia lumut pada batu, atau seminggu yang lalu seumuran dengan hidup kupu-kupu. Tak ada yang tahu.

Bahkan dirinya sendiri tak mau tahu. Yang dia tahu adalah, bahwa dia adalah seorang ratu yang terkubur oleh kerajaan yang disebutnya sebagai imperium kelu.

Mendoakan hati yang telah berpusara dengan doa-doa. Membuatnya bangkit seketika. Seperti arwah penasaran mencari jasad yang telah lama ditanggalkan. Dibersihkan dari segala macam kenangan. Lahir kembali. Sebagai memori kosong dan minta diisi.

Belajar dari duka sebelumnya. Dia memilih untuk hidup di ujung lidahnya sendiri. Sebab dia sudah paham betul apa artinya. Menumpang keputusan pada ujung lidah orang lain, membuatnya lagi-lagi mengebumikan hatinya sendiri. Kali ini selamanya mati.

Kuantan Singingi, 14 Nopember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun