Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perempuan yang Selalu Merasa Terluka

9 November 2018   20:35 Diperbarui: 9 November 2018   20:55 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pada sebuah luka, yang darinya masih mengalir darah segar. Seorang perempuan mengambil kaca yang memar. Mencoba bercermin secantik-cantiknya, dan melihat raut mukanya dipahat sempurna oleh airmata. Dingin serupa arca.

perempuan itu melemparkan pecahan kaca ke halaman, yang sedang habis-habisan dicuci hujan. Halamannya begitu berbelukar. Sampai-sampai wangi kemuning dan melati saling tertukar.

perempuan yang selalu merasa terluka, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menakar duka. Menimbangnya dengan seksama. Memilih duka mana yang terbaik, memilah mana duka paling pelik.

itu semua akan disarikan dalam pertunjukan drama kolosal. Di langit yang digambar sengitnya mural. Malam ini. Mumpung langit sedang sepi. Tak ada bintang. Tak ada bulan. Tak ada juga kekacauan.

pada sebuah luka, yang sayatannya masih belum terbebat tuntas. Perempuan itu mengadukan dukanya pada daun-daun beluntas. Daun yang mampu memerahkan kembali harapannya yang pucat pias.

Bogor, 9 Nopember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun