Hiduplah hanya pada waktu yang dipinjamkan.
tak usah mengada-ada dengan coba mengakalinya. Waktu tak mudah tertipu. Waktu adalah majikanmu. Kamu hanyalah pelayan bertingkah teruk yang memperlakukannya dengan buruk.
pada langit yang sedang bersemangat mengecat tubuhnya dengan warna biru, kamu justru melemparinya dengan segala macam perkakas abu-abu. Saat langit memutuskan gagu, kamu menggerutu dengan kalimat tak selayaknya langit itu bisu.
pada bumi yang rendah hati dan mempersilahkanmu bertamu, kamu malah bertingkah polah gegabah dengan mempongahkan wajah. Rumah bumi kamu injak-injak dengan sajak kematian. Bukannya kamu sanjung dengan puisi-puisi indah sebagai rasa terimakasih telah banyak diberi perkenan.
semua musim kamu perlakukan semena-mena. Musim dingin kamu bekukan. Musim panas kamu nyalakan. Musim semi kamu suapi api. Musim gugur kamu masukkan peti mati.
masih kurang? Pada musim kelaparan, kamu menyediakan gudang besar untuk menimbun tulang belulang. Pada musim yang diam, kamu picu peperangan habis-habisan. Kamu lalu meratakan tanah menyiapkan seluas-luasnya kuburan.
apalagi? Kerusuhan yang kamu buat dengan memperdaya rentang peminjaman waktu.
barangkali masih banyak lagi. Bahkan tulisan pun tak kuat untuk menuliskan lagi.
Cuma tertinggal satu pesan. Matilah dengan tenang saat habis masa peminjaman.
Bogor, 20 Oktober 2018